Komplikasi Diabetes Melitus
Seperti
telah diungkapkan, hiperglikemia merupakan peran sentran terjadi komplikasi pada DM.
Pada keadaan hiperglikemia, akan terjadi peningkatan jalur polyol, peningkatan
pembentukan Protein Glikasi non enzimakti serta peningkatan proses
glikosilasi itu sendiri, yang menyebabkan peningkatan stress oksidatif dan pada
akhirnya menyebabkan komplikasi baik vaskulopati, retinopati, neuropati
ataupun nefropati diabetika.
Komplikasi
kronis ini berkaitan dengan gangguan vaskular, yaitu: (a) Komplikasi
mikrovaskular; (b) Komplikasi
makrovaskular; dan (c) Komplikasi
neurologis.
1. Komplikasi
Mikrovaskular
a. Retinopati
diabetika
Kecurigaan
akan diagnosis DM terkadang berawal dan gejala berkurangnya ketajaman penglihatan
atau gangguan lain pada mata yang dapat mengarah pada kebutaan. Retinopati diabetes
dibagi dalam 2 kelompok, yaitu Retinopati non proliferatif dan Proliferatif.
Retinopati non proliferatif merupkan stadium awal dengan ditandai adanya
mikroaneurisma, sedangkan retinoproliferatif, ditandai dengan adanya pertumbuhan
pembuluh darah kapiler, jaringan ikat dan adanya hipoksia retina. Penyakit DM dapat merusak mata dan menjadi penyebab utama
kebutaan. Setelah mengidap DM selama 15 tahun, rata-rata 2 persen penderita DM
menjadi buta dan 10 persen mengalami cacat penglihatan.
Kerusakan mata akibat DM yang paling sering adalah Retinopati (Kerusakan
Retina). Glukosa darah yang tinggi menyebabkan rusaknya pembuluh darah retina
bahkan dapat menyebabkan kebocoran pembuluh darah kapiler. Darah yang keluar
dari pembuluh darah inilah yang menutup sinar yang menuju ke retina sehingga
penglihatan penderita DM menjadi kabur. Kerusakan yang lebih berat akan
menimbulkan keluhan seperti tampak bayangan jaringan atau sarang laba-laba pada
penglihatan mata, mata kabur, nyeri mata, dan buta.
Pada
stadium awal retinopati dapat diperbaiki dengan kontrol gula darah yang baik, sedangkan
pada kelainan sudah lanjut hampir tidak dapat diperbaiki hanya dengan kontrol
gula darah, malahan akan menjadi lebih buruk apabila dilakukan penurunan
kadar gula darah yang terlalu singkat. Selain
menyebabkan retinopati, DM juga dapat menyebabkan lensa mata menjadi keruh
(tampak putih) yang disebut katarak serta dapat menyebabkan glaucoma (menyebabkan
tekanan bola mata.
b. Nefropati
diabetika
Nefropati diabetik (ND) merupakan komplikasi penyakit diabetes
mellitus yang termasuk dalam komplikasi mikrovaskular, yaitu komplikasi yang
terjadi pada pembuluh darah halus (kecil). Hal ini dikarenakan terjadi
kerusakan pada pembuluh darah halus di ginjal. Kerusakan pembuluh darah
menimbulkan kerusakan glomerulus yang berfungsi sebagai penyaring darah.
Tingginya kadar gula dalam darah akan membuat struktur ginjal berubah sehingga
fungsinya-pun terganggu. Dalam keadaan normal
protein tidak tersaring dan tidak melewati glomerolus karena ukuran protein
yang besar tidak dapat melewati lubang-lubang glomerulus yang kecil. Namun,
karena kerusakan glomerolus, protein (albumin) dapat melewati glomerolus
sehingga dapat ditemukan dalam urin yang disebut dengan mikroalbuminuria. Nefropati
diabetic ditandai dengan adanya proteinuri persisten ( > 0.5 gr/24 jam), terdapat
retino pati dan hipertensi. Dengan demikian upaya preventif pada nefropati adalah
kontrol metabolisme dan kontrol tekanan darah.
Penyebab
timbulnya gagal ginjal pada diabetes melitus adalah multifaktor, mencakup
faktor metabolik, hormon pertumbuhan dan cytokin, dan faktor vasoaktif. Sebuah
penelitian di Amerika Serikat menyimpulkan bahwa peningkatan mikroalbuminuria
berhubungan dengan riwayat merokok, ras India, lingkar penggang, tekanan
sistolik dan diastolik, riwayat hipertensi, kadar trigliserid, jumlah sel darah
putih, riwayat penyakit kardiovaskuler sebelumnya, riwayat neuropati dan
retinopati sebelumnya. Penelitian lain di Inggris menyimpulkan
bahwa faktor risiko nefropati diabetik adalah 1) glikemia dan
tekanan darah, 2) ras, 3) diet dan lipid, 4) genetik. Dari sekian banyak
faktor-faktor risiko tersebut, tidak semuanya bisa dijelaskan patofisiologinya,
namun beberapa sumber pustaka dan jurnal menulis pembahasannya kurang lebih
sebagai berikut:
1) Faktor Metabolik
Faktor metabolik yang sangat mempengaruhi progresivitas komplikasi
diabetes mellitus adalah hiperglikemi. Mekanismenya secara pasti belum diketahui,
namun hiperglikemi mempengaruhi timbulnya nefropati diabetik melalui tiga
jalur, yaitu glikasi lanjut, jalur aldose reduktase, dan aktivasi protein
kinase C (PKC) isoform.
2) Hormon Pertumbuhan dan Cytokin
Disebabkan efek promotif dan proliferatifnya, hormon pertumbuhan
dan cytokin dianggap berperan penting dalam progresivitas gangguan fungsi
ginjal akibat diabetes mellitus. Terutama growth hormone (GH) / Insuline
like growth factors (IGFs), TGF-βs, dan vascular
endothelial growth factors (VEGF) telah diteliti memiliki efek yang
signifikan terhadap penyakit ginjal diabetik.
3)
Faktor-faktor vasoaktif
Beberapa
hormon vasoaktif seperti kinin, prostaglandin, atrial natriuretik peptide, dan
nitrit oksida, memainkan peranan dalam perubahan hemodinamik ginjal dan
berimplikasi pada inisiasi dan progresi nefropati diabetik.
4)
Ras
Bangsa
yang paling banyak menderita nefropati diabetik adalah bangsa Asia Selatan.
Mereka memiliki resiko dua kali lipat terkena komplikasi mikroalbuminuria dan
proteinuria.
5)
Diet dan Lipid
Beberapa
penelitian membuktikan adanya penurunan kadar albumin urin yang signifikan
setelah dilakukan intervensi diet. Hasil penelitian ini konsisten dengan
penelitian lain yang menyatakan bahwa terjadi perubahan kadar albuminuria
setelah dilakukan koreksi glikemik pada DM tipe 2. Perubahan ini mungkin
disebabkan karena perubahan hemodinamik akibat penurunan glikemia dan juga
mungkin disebabkan karena penurunan intake protein. Hubungan antara kadar lipid
plasma, albuminuria, dan gangguan fungsi ginjal juga dilaporkan oleh sebuah
penelitian dengan 585 sampel yang melakukan diet selama 3 tahun dan berhasil
menurunkan kadar albuminuria, tetapi kadar glukosa puasa dan trigliserid
bervariasi. Kadar trigliserid juga berhubungan dengan peningkatan albuminuria
dan proteinuria.
6)
Genetik
Peran
gen polimorfisme Angiotensin Converting Enzime (ACE), dan
angiotensinogen pada pasien dengan mikroalbuminuria telah dilaporkan oleh
sebuah penelitian dengan 180 sampel. Tidak ada hubungan yang signifikan antara
albuminuria dengan insersi dan delesi dalam gen ACE tetapi kadar albuminuri
meningkat pada pasien homozigot dengan genotip DD. Tetapi penelitian ini belum
cukup kuat untuk diambil sebuah kesimpulan.
7)
Riwayat penyakit kardiovaskuler sebelumnya
Nefropati
diabetik, yang merupakan suatu penyakit ginjal kronis, merupakan penyebab
terjadinya gagal ginjal terminal yang juga merupakan komplikasi dari penyakit
kardiovaskuler. Mekanisme patogenesis antara penyakit kardiovaskuler dan
timbulnya nefropati diabetik belum diketahui dengan pasti. Faktor risiko yang
sudah diketahui menyebabkan timbulnya nefropati diabetik dan penyakit
kardiovaskular adalah hiperglikemi, hipertensi, peningkatan kadar kolesterol
LDL, dan albuminuria. Sedangkan faktor-faktor lain yang diduga merupakan faktor
risiko adalah hiperhomosisteinemia, inflamasi/stres oksidatif, peningkatan
produk akhir glikasi, dimetilarginin asimetrik, dan anemia.
2. Komplikasi
Makrovaskular
Penyakit
kardiovaskuler/ Stroke/ Dislipidemia,
Penyakit
pembuluh darah perifer, Hipertensi timbul akibat
aterosklerosis dan pembuluh-pembuluh darah besar, khususnya arteri akibat timbunan
plak ateroma. Makroangioati tidak spesifik pada diabetes, namun pada DM timbul
lebih cepat, lebih seing terjadi dan lebih serius. Berbagai studi epidemiologis
menunjukkan bahwa angka kematian akibat penyakit ,kardiovaskular dan
penderita diabetes meningkat 4-5 kali dibandingkan orang normal.
Komplikasi
makroangiopati umumnya tidak ada hubungannya dengan kontrol kadar gula darah yang
balk. Tetapi telah terbukti secara epidemiologi bahwa hiperinsulinemia
merupakan suatu faktor resiko mortalitas kardiovaskular, di mana peninggian kadar
insulin menyebabkan risiko kardiovaskular semakin tinggi pula. kadar
insulin puasa > 15 mU/mL akan meningkatkan risiko mortalitas koroner sebesar 5 kali
lipat. Hiperinsulinemia kini dikenal sebagai faktor aterogenik dan diduga
berperan penting dalam timbulnya komplikasi makrovaskular.
a. Hipertensi
Penderita
DM cenderung terkena hipertensi dua kali lipat dibanding orang yang tidak
menderita DM. Hipertensi bisa merusak pembuluh darah. Hipertensi dapat memicu
terjadinya serangan jantung, retinopati, kerusakan ginjal, atau stroke. Antara
35-75% komplikasi DM disebabkan oleh hipertensi. Faktor-faktor yang dapat
mengakibatkan hipertensi pada penderita DM adalah nefropati, obesitas, dan
pengapuran atau pengapuran atau penebalan dinding pembuluh darah
b. Penyakit
Jantung Koroner
DM
merusak dinding pembuluh darah yang menyebabkan penumpukan lemak di dinding
yang rusak dan menyempitkan pembuluh darah. Jika pembuluh darah koroner
menyempit, otot jantung akan kekurangan oksigen dan makanan akibat suplai darah
yang kurang. Selain menyebabkan suplai darah ke otot jantung, penyempitan
pembuluh darah juga mengakibatkan tekanan darah meningkat, sehingga dapat
mengakibatkan kematian mendadak.
Berdasarkan
studi epidemiologis, maka diabetes merupakan suatu faktor risiko koroner. Ateroskierosis
koroner ditemukan pada 50-70% penderita diabetes. Akibat gangguan pada
koroner timbul insufisiensi koroner atau angina pektoris (nyeri dada paroksismal
serti tertindih benda berat dirasakan didaerah rahang bawah, bahu, lengan
hingga pergelangan tangan) yang timbul saat beraktifiras atau emosi dan akan
mereda setelah
beristirahat atau mendapat nitrat
sublingual.
Akibat
yang paling serius adalah infark miokardium, di mana nyeri menetap dan lebih hebat dan tidak
mereda dengan pembenian nitrat. Namun gejala-gejala ini dapat tidak timbul pada
pendenita diabetes sehigga perlu perhatian yang lebih teliti.
c. Stroke
Aterosklerosis
serebri merupakan penyebab mortalitas kedua tersering pada penderita diabetes.
Kira-kira sepertiga penderita stroke juga menderita diabetes. Stroke lebih sering
timbul dan dengan prognosis yang lebih serius untuk penderita diabetes.
Akibat berkurangnya aliran atrteri karotis interna dan arteri vertebralis timbul
gangguan neurologis akibat iskemia, berupa:
(a) Pusing, sinkop;
(b) Hemiplegia: parsial atau total; (c) Afasia sensorik dan
motorik; dan (d) Keadaan pseudo-dementia
d.
Ulkus
Diabetik
Ulkus
adalah luka terbuka pada permukaan kulit atau
selaput lendir dan
ulkus adalah kematian
jaringan yang luas dan disertai invasif kuman saprofit. Adanya kuman
saprofit tersebut menyebabkan ulkus berbau, ulkus diabetikum juga
merupakan salah satu gejala klinik dan perjalanan penyakit DM dengan
neuropati perifer.
Ulkus
Diabetik merupakan komplikasi kronik dari Diabetes
Melllitus sebagai
sebab utama morbiditas, mortalitas serta kecacatan penderita Diabetes. Kadar
LDL yang tinggi memainkan peranan penting untuk terjadinya Ulkus
Uiabetik untuk terjadinya Ulkus Diabetik melalui pembentukan plak atherosklerosis
pada dinding pembuluh darah.
Ulkus
kaki Diabetes (UKD) merupakan komplikasi yang
berkaitan dengan
morbiditas akibat Diabetes Mellitus. Ulkus kaki Diabetes merupakan komplikasi serius
akibat Diabetes.
Faktor
utama yang berperan pada timbulnya ulkus Diabetikum adalah angipati, neuropati dan
infeksi.adanya neuropati perifer akan menyebabkan hilang atau menurunnya
sensai nyeri pada kaki, sehingga akan mengalami trauma tanpa terasa
yang mengakibatkan terjadinya ulkus pada kaki gangguan motorik juga akan
mengakibatkan terjadinya atrofi pada otot kaki sehingga merubah titik tumpu
yang menyebabkan ulsestrasi pada kaki klien. Apabila sumbatan darah terjadi
pada pembuluh darah yang lebih besar maka penderita akan merasa sakit pada
tungkainya sesudah ia berjalan pada jarak tertentu. Adanya angiopati
tersebut akan menyebabkan terjadinya penurunan asupan nutrisi, oksigen serta
antibiotika sehingga menyebabkan terjadinya luka yang sukar sembuh.
e. Penyakit
pembuluh darah
Proses
awal terjadinya kelainan vaskuler adalah adanya aterosklerosis, yang dapat terjadi pada
seluruh pembuluh darah. Apabila terjadi pada pembuluh darah koronaria, maka akan
meningkatkan risiko terjadi infark miokar, dan pada akhirnya terjadi payah
jantung. Kematian dapat terjadi 2-5 kali lebih besar pada diabetes disbanding
pada orang normal. Risiko ini akan meningkat lagi apabila terdapat keadaan
keadaan seperti dislipidemia, obes, hipertensi atau merokok.
Penyakit
pembuluh darah pada diabetes lebih sering dan lebih awal terjadi pada penderita diabetes
dan biasanya mengenai arteri distal (di bawah lutut). Pada diabetes, penyakit
pembuluh darah perifer biasanya terlambat didiagnosis yaitu bila sudah
mencapai fase IV. Faktor-faktor neuropati,
makroangiopati dan mikroangiopati
yang disertai infeksi merupakan factor utama terjadinya proses gangrene diabetik. Pada
penderita dengan gangrene dapat mengalami amputasi, sepsis, atau sebagai factor
pencetus koma, ataupun kematian.
1. Neuropati
Umumnya
berupa polineuropati diabetika, kompikasi yang sering terjadi pada penderita DM, lebih 50
% diderita oleh penderita DM. Manifestasi
klinis dapat berupa
gangguan sensoris, motorik, dan otonom. Proses kejadian neuropati biasanya progresif di
mana terjadi degenerasi serabut-serabut saraf dengan gejala-gejala nyeri.
Yang terserang biasanya adalah serabut saraf tungkai atau lengan.
Neuropati
disebabkan adanya kerusakan dan disfungsi pada struktur syaraf akibat adanya
peningkatan jalur polyol, penurunan pembentukan myoinositol, penurunan
Na/K ATP ase, sehingga menimbulkan kerusakan struktur syaraf,
demyelinisasi segmental, atau atrofi axonal.
Kerusakan saraf adalah komplikasi DM yang paling sering terjadi.
Baik penderita DM Tipe 1 maupun Tipe 2 bisa terkena neuropati. Hal ini bisa
terjadi setelah glukosa darah terus tinggi, tidak terkontrol dengan baik, dan
berlangsung sampai 10 tahun atau lebih. Akibatnya saraf tidak bisa mengirim
atau menghantar pesan-pesan rangsangan impuls saraf, salah kirim, atau
terlambat dikirim.
Keluhan dan gejala neuropati tergantung pada berat ringannya
kerusakan saraf. Kerusakan saraf yang mengontrol otot akan menyebabkan
kelemahan otot sampai membuat penderita tidak bisa jalan. Gangguan saraf otonom
dapat mempercepat denyut jantung dan membuat muncul banyak keringat. Kerusakan
saraf sensoris (perasa) menyebabkan penderita tidak bisa merasakan nyeri panas,
dingin, atau meraba. Kadang-kadang penderita dapat merasakan kram, semutan,
rasa tebal, atau nyeri. Keluhan neuropati yang paling berbahaya adalah rasa
tebal pada kaki, karena tidak ada rasa nyeri, orang tidak tahu adanya infeksi.
2. Gangguan Pada Hati
Banyak orang beranggapan bahwa bila penderita diabetes tidak
makan gula bisa bisa mengalami kerusakan hati (liver). Anggapan ini
keliru. Hati bisa terganggu akibat penyakit diabetes itu sendiri.
Dibandingkan orang yang tidak menderita diabetes, penderita diabetes lebih
mudah terserang infeksi virus hepatitis B atau hepatitis C. Oleh karena itu,
penderita diabetes harus menjauhi orang yang sakit hepatitis karena
mudah tertular dan memerlukan vaksinasi untuk pencegahan hepatitis. Hepatitis
kronis dan sirosis hati (liver cirrhosis) juga mudah terjadi karena
infeksi tau radang hati yang lama atau berulang. Gangguan hati yang sering
ditemukan pada penderita diabetes adalah perlemakan hati atau fatty
liver, biasanya (hampir 50%) pada penderita diabetes tipe 2 dan
gemuk. Kelainan ini jangan dibiarkan karena
bisa merupakan pertanda adanya penimbunan lemak di jaringan tubuh lainnya.
3. Gangguan Saluran Pencernaan
Mengidap
DM terlalu lama dapat mengakibatkan urat saraf yang memelihara lambung akan
rusak sehingga fungsi lambung untuk menghancurkan makanan menjadi lemah. Hal
ini mengakibatkan proses pengosongan lambung terganggu dan makanan lebih lama
tinggal di dalam lambung. Gangguan pada usus yang sering diutarakan oleh
penderita DM adalah sukar buang air besar, perut gembung, dan kotoran keras.
Keadaan sebaliknya adalah kadang-kadang menunjukkan keluhan diare, kotoran
banyak mengandung air tanpa rasa sakit perut.
4. TB Paru
Penyebab meningkatnya
insiden tuberkulosis paru
pada pengidap diabetes dapat berupa defek pada fungsi sel-sel imun dan mekanisme
pertahanan pejamu. Mekanisme
yang mendasari terjadinya hal tersebut masih belum dapat dipahami
hingga saat ini, meskipun telah terdapat sejumlah hipotesis mengenai peran
sitokin sebagai suatu molekul
yang penting dalam mekanisme pertahanan manusia terhadap TB. Selain
itu, ditemukan juga aktivitas bakterisidal leukosit yang berkurang
pada pasien DM, terutama pada
mereka
yang memiliki kontrol gula darah yang buruk.
Meningkatnya
risiko TB pada pasien DM diperkirakan disebabkan oleh defek pada makrofag
alveolar atau limfosit T.
Wang et al.11 mengemukakan adanya peningkatan jumlah makrofag alveolar matur
(makrofag alveolar hipodens) pada
pasien
TB paru aktif. Namun, tidak ditemukan perbedaan jumlah limfosit T yang
signifikan antara pasien TB dengan
DM
dan pasien TB saja. Proporsi makrofag alveolar matur yang lebih rendah pada
pasien TB yang disertai DM, yang
dianggap bertanggung jawab terhadap lebih hebatnya
perluasan TB dan jumlah bakteri
dalam sputum pasien TB dengan DM.

0 Komentar