NAMA : NASTESYA GEBRIELLA
STAMBUK : N 201 16 101
KELAS : A
ANALISIS JURNAL
ASUPAN VITAMIN A, STATUS VITAMIN A, DAN
STATUS GIZI ANAK SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN LEUWILIANG, KABUPATEN BOGOR
Sri Anna Marliyati1,
Aji Nugraha2*, dan Faisal Anwar1
ABSTRACT
Background :
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa lebih dari separuh anak memiliki tingkat kecukupan vitamin A
kategori sedang (54.8%). Pada umumnya status gizi mereka normal (93.5%). Lebih
dari separuh anak memiliki status vitamin A dengan kategori rendah (58.1%).
Objective :
Tujuan penelitian
adalah mempelajari asupan vitamin A, status vitamin A dan status gizi subjek di
Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Tujuan khusus penelitian adalah
mengidentifikasi karakteristik anak dan karakteristik keluarga;
mengidentifikasi konsumsi pangan, status gizi dan status vitamin A anak SD;
menganalisis hubungan tingkat kecukupan energi dan protein dengan status gizi
anak SD; menganalisis hubungan tingkat kecukupan vitamin A dengan status
vitamin A anak SD; dan menganalisis hubungan status gizi dengan status vitamin
A anak SD.
Methods :
Subjek penelitian
merupakan subjek yang terdaftar di Sekolah Dasar Negeri Angsana I dan Sekolah
Dasar Negeri Angsana II, Desa Cibeber, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor.
Subjek diambil dengan purposive sampling dengan kriteria subjek
penelitian merupakan siswa aktif yang terdaftar dalam kelas 2 dan kelas 3
dengan usia 7—9 tahun. Anak usia 7—9 tahun sudah tidak diberikan
vitamin A dosis tinggi oleh pemerintah. Jumlah subjek yang mengikuti
penelitian dihitung berdasarkan rumus yang dimodifikasi dari Gusthianza.
Results :
Hubungan
Tingkat Kecukupan Energi, Protein dan Status Vitamin A dengan Status Gizi
Hasil uji hubungan menunjukkan
bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kecukupan energi
dengan status gizi (p>0.05). Hasil uji hubungan juga menunjukkan bahwa
tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kecukupan protein dengan
status gizi (p>0.05). Hal tersebut diduga karena ketersediaan pangan sumber
energi dan protein yang kurang sehingga sebagian besar subjek berstatus gizi
normal berada pada tingkat kecukupan defisit.
Hasil uji hubungan
menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara status vitamin
A dengan status gizi (p>0.05). Hal ini diduga karena status vitamin A dari
seorang anak dipengaruhi oleh beberapa faktor, tidak hanya dari status gizi.
Faktor-faktor yang memengaruhi status vitamin A seseorang yaitu konsumsi
makanan, cadangan vitamin A di dalam hati, faktor sosial ekonomi, dan faktor
penyakit (status defisiensi)
Conclusion :
Nilai rata-rata tingkat kecukupan
energi subjek termasuk dalam kategori normal (90-110%). Persentase terbesar
tingkat kecukupan energi subjek secara keseluruhan berada pada kategori normal.
Sementara itu, nilai rata-rata dari tingkat kecukup-an protein termasuk dalam
kategori defisit ringan (80—<90%). Secara keseluruhan, persentase terbesar
subjek berada pada kategori tingkat kecukupan protein dengan kategori defisit
berat (38.6%). Nilai rata-rata tingkat kecukupan vitamin A termasuk dalam
kategori cukup (>77%), lebih dari separuhnya memiliki tingkat kecukupan
vitamin A dengan ka-tegori cukup (54.8%). Sebagian besar subjek memiliki
status gizi normal (93.5%). Lebih dari separuh subjek (58.1%) memiliki status
vitamin A dengan kategori rendah.
BACKGROUND
Selama
tiga dekade terakhir, telah tercatat bahwa KVA sebagai masalah kesehatan
masyarakat dan merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian anak usia
prasekolah di negara berkembang (De onis et al. 2007). Di Indonesia pada
tahun 2006 rata-rata prevalensi KVA Sub Klinis (Serum Vitamin A < 20 ug/dl)
dari 7 provinsi (Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Banten, Bali, NTB,
Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Tenggara) sebesar 11.4% (Herman 2007).
Goal :
Penelitian ini
bertujuan untuk mempelajari asupan vitamin A, status vitamin A, status gizi dan
status kesehatan subjek di Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Subjek
merupakan populasi penelitian yang dipilih dengan kriteria inklusi dan
eksklusi.
METHOD
Subjek diambil dengan purposive
sampling dengan kriteria subjek penelitian merupakan siswa aktif yang
terdaftar dalam kelas 2 dan kelas 3 dengan usia 7—9 tahun. Data yang
dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data
sekunder yang dikumpulkan berupa nama lengkap, umur, dan jenis kelamin subjek.
Data primer berupa data berat badan, tinggi badan, karakteristik keluarga,
konsumsi pangan, status gizi, dan status vitamin A subjek. Data konsumsi pangan
diperoleh dari recall 2x24 jam (1 hari libur dan 1 hari sekolah).
Tempat :
Sekolah Dasar Negeri
Angsana I dan II, Desa Cibeber, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor
Waktu :
Dilaksanakan pada bulan
Mei 2013.
Populasi sumber :
Siswa aktif yang
terdaftar dalam kelas 2 dan kelas 3 dengan usia 7—9 tahun.
CON’T
:
Kriteria pemilihan
(inklusi dan eksklusi) :
Kriteria inklusi
meliputi usia 7—9 tahun, sehat, mendapatkan penjelasan penelitian,
menyetujui informed consent dan bersedia mematuhi prosedur penelitian,
sedangkan kriteria eksklusi meliputi mempunyai kelainan, mempunyai alergi
berat, mengonsumsi antibiotik, menerima kapsul vitamin A dosis tinggi setahun
sebelum penelitian dan berpartisipasi dalam penelitian lain.
Besar sampel :
Nilai Z1-α/2 diperoleh
sebesar 2.575 dan Z1-β sebesar 1.272, berdasarkan rumus perhitungan
tersebut, maka diperoleh ukuran subjek (n) seba-nyak 14 subjek. Antisipasi drop
out yang digunakan pada penelitian ini sebesar 10%, sehingga diperoleh
sebanyak 16 subjek. Jumlah keseluruhan subjek yang mengikuti penelitian yaitu
31 anak.
Assement
and measurements :
Berat badan anak diukur
dengan menggunakan timbangan injak analog sedangkan tinggi badan diukur dengan
menggunakan microtoise. Analisis kadar retinol serum dilakukan dengan
menggunakan metode ekstraksi (Concurrent Liqud Chromatographic Assay of
Retinol).
Statistical
analysis :
Angka kecukupan zat
gizi untuk usia anak sekolah yang berumur 7—9 tahun yaitu, energi 1 850
kkal, protein 49 g dan Vitamin A 500 RE. Dalam penelitian ini, zat gizi yang
diteliti yaitu energi, protein, dan vitamin A. Kategori tingkat kecukupan
energi dan protein adalah defisit berat (<70%), defisit sedang (70—<80%),
defisit ringan (80—<90%), normal (90—<110%), lebih
(>110%) (Briawan et al. 2007). Kategori tingkat kecukupan vitamin A
adalah kurang (<77%) dan cukup (>77%) (Gibson 2005).
RESULT
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa subjek dengan tingkat kecukupan energi kategori normal
sebanyak 41.9%. Sementara itu, masih terdapat subjek pada tingkat kecukupan
energi dengan kategori defisit berat sebanyak 22.6%. Hal ini diduga karena
frekuensi makan anak hanya 1—2 kali sehari sehingga angka kecukupan
tidak terpenuhi.
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pada kondisi sosial ekonomi keluarga kategori miskin,
sebagian besar subjek memiliki tingkat kecukupan energi defisit berat (33.3%).
Hal tersebut diduga karena keterbatasan ekonomi dan rendahnya pengetahuan gizi
orangtua yang disebabkan rendahnya tingkat pendidikan yang ditempuh sehingga
ketersediaan pangan sumber energi dan kepedulian terhadap mutu pangan yang
diberikan kepada anak kurang.
Hasil penelitian
menemukan bahwa jumlah subjek terbesar berada pada kategori defisit berat
(38.6%), sedangkan anak yang memiliki tingkat kecukupan protein dalam kategori
normal hanya 35.5%.
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kondisi sosial ekonomi keluarga kategori miskin, sebagian
besar subjek memiliki tingkat kecukupan protein defisit berat yaitu 9 anak
(42.9%). Hal tersebut diduga karena dipengaruhi oleh beberapa faktor yang salah
satunya adalah keterbatasan ekonomi yang disebabkan rendahnya tingkat
pendidikan sehingga ketersediaan pangan sumber protein dalam rumah tangga
kurang. Selain itu, hal tersebut diduga karena keterbatasan akses dalam
memperoleh sumber protein dan kebiasaan makan dalam keluarga yang lebih
mementingkan pangan sumber energi sehingga pangan sumber protein kurang
diperhatikan. Berdasarkan hasil recall 2x24 jam, sebagian besar subjek
hanya mengonsumsi sumber protein yang berasal dari tumbuhan, seperti tahu dan tempe.
Pada kondisi sosial
ekonomi keluarga kategori miskin, sebagian besar subjek memiliki tingkat
kecukupan vitamin A kurang yaitu 12 anak (57.1%). Hal tersebut diduga karena
keterbatasan ekonomi sehingga ketersediaan pangan sumber vitamin A kurang.
CONCLUSION
Tidak ada hubungan yang
signifikan antara tingkat kecukupan energi dan protein dengan status gizi,
tingkat kecukupan vitamin A dengan status vitamin A, dan status vitamin A
dengan status gizi (p>0.05)
JURNAL
Marliyati, S. A., Nugraha, A., & Anwar, F. (2014). Asupan
Vitamin a, Status Vitamin a, Dan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Di Kecamatan
Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Jurnal Gizi Dan Pangan, 9(2),
109–116.
0 Komentar