Pilihan
Ganda
Epidemiologi
Diabetes Melitus (DM)
1.
Apakah pengertian diabetes mellitus
menurut anda . . . .
a.
Kelainan metabolism glukoslukosa,
dimana glukosa darah tidak dapat digunakan dengan baik
b.
Kelainan glukosa yang menyebabkan
hiperbilirubin
c.
Suatu keadaan dimana tubuh mengalami
kelainan metabolisme
d.
Kelainan metabolisme
karbohidrat, dimana glukosa darah tidak dapat berfungsi dengan baik, sehingga
menyebabkan hiperglikemia
2.
Dibawah ini yang tidak menjadi
pemicu resiko DM menjadi bertambah tinggi adalah . . . .
a.
Minum soda dalam keadaan perut
kosong
b.
Minum sirup dengan keadaan fruktosa
tinggi
c.
Pemanis buatan yang terdapat pada
minuman
d.
Menggunakan gula rendah
kalori
3.
Dibawah ini yang termasuk tanda gejala
DM kecuali . . . .
a.
Banyak berkemih
b.
Sering melamun
c.
Banyak minum
d.
Banyak makan
4.
Prevalensi mutasi tersebut biasanya
akan meningkat jumlahnya bila penderita DM menderita penyakit, dibawah ini . .
. .
a. Kelainan
pankreas
b. Pusing
c. Muntah-muntah
d. Wanita kurus
5.
Pilihlah dengan benar!
I. Diabetes
tipe 1
II. Diabetes
tipe 2
III. Diabetes gestasional
IV. Diabetes stasional
Yang merupakan jenis-jenis diabetes melitus adalah . .
. .
a. I,
II dan III c.
I, II dan IV
b. I dan II d.
III dan IV
6.
Gaya hidup yang dapat menjadi faktor penyebab diabetes adalah . . . .
a. Berolahraga c.
Obesitas
b. Tidak merokok d.
Menjaga pola makan
7.
Pilihlah dengan benar!
I. Kesemutan
II. Kulit terasa panas, atau seperti tertusuk-tusuk jarum
III. Mata kabur, biasanya sering ganti kacamata
IV. Mudah melamun
V. Mudah mengantuk
Yang merupakan gejala kronik yang sering timbul pada
penderita diabetes melitus adalah . . . .
a. I dan III c.
III, IV dan V
b. II, III dan IV d.
I, II, III dan V
8.
Berbagai mutasi yang menyebabkan DM
telah dapat di identifikasi. Yang merupakan mutasi . . . .
a.
Mutasi kasual
b.
Mutasiii exal
c.
Mutasi endoksaL
d.
OXPHOS
9.
Dalam kehamilan, diabetes mellitus
dapat menyebabkan resiko sebagai berikut . . . .
a.
Inersia uteri
b.
Atonia uteri
c.
Distisia bahu
d.
Abortus dan partus
prematurus
10. Pengaruh diabetes mellitus pada bayi adalah .
. . .
a.
Cacat bawaan
b.
Sesak nafas
c.
Insufisensi plasenta
d.
Infeksi
Epidemiologi
Stroke
1.
Menurut WHO, stroke adalah . . . .
b.
Tanda-tanda
klinis mengenai gangguan fungsi serebral secara fokal ataupun global yang
berkembang dengan cepat dengan gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih
atau mengarah ke kematian tanpa penyebab yang kelihatan, selain tanda-tanda
yang berkenaan dengan aliran darah di otak
c.
Gangguan potensial yang
fatal pada suplai darah bagian otak
d.
Suatu kondisi yg
terjadi ketika pasokan darah ke suatu bagian otak tiba-tiba terganggu
2.
Jenis utama stroke ada beberapa
yaitu . . . .
a.
2 jenis c.
4 jenis
b.
3 jenis d. 5 jenis
3.
Stroke merupakan penyebab kematian
ke . . . . di dunia
a.
Pertama c. Ketiga
b.
Kedua d.
Keempat
4.
Stroke adalah gangguan suplai darah
ke . . . .
a.
Jantung c.
Otot
b.
Otak d. Paru-paru
5.
Berdasarkan patologi, stroke
diklasifikasikan menjadi . . . .
a.
Hemoragi dan perdarahan
b.
Terbuka dan tertutup
c.
Hemoragi
dan non hemoragi
d.
Intensive dan non intensive
6.
Yang BUKAN merupakan penyebab stroke
. . . .
a.
Aspirasi
cairan sendi
b.
Embolisme serebral
c.
Trombosis
d.
Hemoragic serebral
7.
Salah satu tanda dan gejala stroke
adalah . . . .
a.
Nyeri sendi
b.
Myalgia
c.
Hemifaresis
d.
Epistaksis
8.
Penyakit yang dapat memicu stroke
a.
Hipertensi
b.
CHF
c.
Hipertrofi ventrikel
d.
Arthritis
9.
Salah satu pencegahan stroke yaitu .
. . .
a.
Merokok c. Melamun
b.
Malas berolahraga d. Menghindari stres mental
10.
Salah satu faktor resiko terjadinya
stroke adalah . . . .
a.
Umur c. Suhu
badan
b.
Kulit d.
Tinggi badan
Epidemiologi Lansia
1. Jenis Tipe kepribadian
dimana lansia tidak banyak mengalami gejolak dan tenang adalah
. . . .
a. Tipe Kepribadian Konstruktif
b. Tipe
Kepribadian Mandiri
c. Tipe
kepribadian Tergantung
d. Tipe
Kepribadian Bermusuhan
2.
Pada tipe ini ada
kecenderungan mengalami post power sindrome, apalagi jika pada masa lansia
tidak diisi dengan kegiatan yang dapat memberikan otonomi pada dirinya . . . .
a.
Tipe kepribadian
konstruktif
b.
Tipe kepribadian
mandiri
c.
Tipe kepribadian tergantung
d.
Tipe kepribadian kritik
diri
3.
Pada tipe ini biasanya
sangat dipengaruhi kehidupan keluarga . . . .
a.
Tipe Kepribadian
Konstruktif
b.
Tipe
kepribadian Tergantung
c.
Tipe Kepribadian
Bermusuhan
d.
Tipe Kepribadian Kritik
diri
4.
Pada tipe ini setelah
memasuki lansia tetap merasa tidak puas dengan kehidupannya . . . .
a.
Tipe Kepribadian
Konstruktif
b.
Tipe kepribadian
Tergantung
c.
Tipe
Kepribadian Bermusuhan
d.
Tipe Kepribadian Kritik
diri
5.
Pada lansia tipe ini
umumnya terlihat sengsara, karena perilakunya sendiri sulit dibantu orang lain
atau cenderung membuat susah dirinya . . . .
a.
Tipe Kepribadian
Konstruktif
b.
Tipe kepribadian
Tergantung
c.
Tipe Kepribadian
Bermusuhan
d.
Tipe
Kepribadian Kritik diri
6.
Berikut ini adalah
masalah fisik sehari-hari pada lansia yang disebabkan karena kemunduran fisik,
kecuali . . . .
a.
Mudah jatuh
b.
Mudah lelah
c.
Nyeri Pinggang
d.
Depresi
7.
Masalah fisik pada
lansia, yang disebabkan karena gangguan gaya berjalan dan kekakuan sendi adalah
. . . .
a.
Mudah jatuh
b.
Mudah lelah
c.
Nyeri Pinggang
d.
Depresi
8.
Masalah Persendian yang
umum terjadi pada lansia adalah . . . .
a. Mudah
jatuh
b. Nyeri
Pinggang
c. Osteoathritis
d. Osteoporosis
9.
Berkurangnya massa dan
kekuatan tulang (kropos) yang umum terjadi pada lansia disebut . . . .
a. Mudah
jatuh
b. Nyeri
Pinggang
c. Osteoathritis
d.
Osteoporosis
10.
Berikut ini Kemunduran
yang cenderung terjadi pada lansia kecuali . . . .
a.
Intelegensi
b.
Memory
c.
Fisik
d.
Spiritual/Keimanan
Essay
Epidemiologi
Diabetes Melitus (DM)
1.
Tuliskan dan jelaskan klasifikasi DM
a.
Diabetes
Mellitus tergantung Insulin (DMTI, tipe 1) merupakan istilah yang digunakan
untuk kelompok pasien diabetes mellitus yang tidak dapat bertahan hidup tanpa
pengobatan insulin. Penyebab yang paling umum dari IDDM ini adalah terjadinya kerusakan otoimun sel-sel beta
(β) dari pulau-pulau Langerhans
b. Diabetes mellitus tidak tergantung Insulin (DMTTI
,Tipe II) merupakan istilah yang digunakan untuk kelompok diabetes mellitus
yang tidak memerlukan pengobatan dengan insulin supaya dapat bertahan hidup,
meskipun hampir 20% pasien menerima insulin dengan tujuan untuk membantu
mengontrol kadar glukosa darah. NIDDM biasanya ditunjukkan oleh adanya
kombinasi yang beragam dari tahanan insulin dan kekurangan insulin.
c. Diabetes Melitus Tipe III atau Diabetes mellitus gestasional merupakan diabetes yang terjadi
hanya selama kehamilan dan pulih setelah melahirkan, dengan keterlibatan interleukin-6 dan
protein reaktif C pada lintasan patogenesisnya. GDM mungkin dapat merusak kesehatan janin atau ibu,
dan sekitar 20–50% dari wanita penderita GDM bertahan hidup.
2.
Apa saja faktor risiko DM?

3.
Jelaskan patofisiologi
dari DM!
Sebagian
besar gambaran patologik dari DM dapat dihubungkan dengan salah satu efek utama
akibat kurangnya insulin berikut:
1. Berkurangnya
pemakaian glukosa oleh sel – sel tubuh yang mengakibatkan naiknya konsentrasi
glukosa darah setinggi 300 – 1200 mg/dl.
2. Peningkatan
mobilisasi lemak dari daerah penyimpanan lemak yang menyebabkan terjadinya
metabolisme lemak yang abnormal disertai dengan endapan kolestrol pada dinding
pembuluh darah.
3. Berkurangnya
protein dalam jaringan tubuh. Pasien – pasien yang mengalami defisiensi insulin
tidak dapat mempertahankan kadar glukosa plasma puasa yang normal atau
toleransi sesudah makan. Pada hiperglikemia yang parah yang melebihi ambang
ginjal normal ( konsentrasi glukosa darah sebesar 160 – 180 mg/100 ml ), akan
timbul glikosuria karena tubulus – tubulus renalis tidak dapat menyerap kembali
semua glukosa.
Glukosuria ini akan mengakibatkan
diuresis osmotik yang menyebabkan poliuri disertai kehilangan sodium, klorida,
potasium, dan pospat. Adanya poliuri menyebabkan dehidrasi dan timbul
polidipsi. Akibat glukosa yang keluar bersama urine maka pasien akan mengalami
, skeseimbangan protein negatif dan berat badan menurun serta cenderung terjadi
polifagi.
Akibat yang lain adalah astenia atau
kekurangan energi sehingga pasien menjadi cepat telah dan mengantuk yang
disebabkan oleh berkurangnya atau hilangnya protein tubuh dan juga berkurangnya
penggunaan karbohidrat untuk energi. Hiperglikemia yang lama akan
menyebabkan arterosklerosis, penebalan membran basalis dan perubahan pada saraf
perifer. Ini akan memudahkan terjadinya gangren.
4.
Tuliskan dan jelaskan
tahap pencegahan DM
a.
Pencegahan
Tingkat Dasar
Pencegahan
tingkat dasar (primordial prevention) adalah usaha mencegah terjadinya resiko
atau mempertahankan keadaan resiko rendah dalam masyarakat terhadap penyakit
secara umum. Pencegahan ini meliputi usaha memelihara dan mempertahankan
kebiasaan atau perilaku hidup yang sudah ada dalam masyarakat yang dapat
mencegah resiko terhadap penyakit dengan melestarikan perilaku atau kebutuhan
hidup sehat yang dapat mencegah atau mengurangi tingkat resiko terhadap suatu
penyakit tertentu atau terhadap berbagai penyakit secara umum.
b.
Pencegahan
Tingkat Pertama.
Pencegahan tingkat pertama
(primary prevention) adalah upaya mencegah agar tidak timbul penyakit diabetes
mellitus. Tindakan yang dilakukan untuk pencegahan primer meliputi penyuluhan
mengenai perlunya pengaturan gaya hidup sehat sedini mungkin dengan cara memberikan
pedoman:
1.
Mempertahankan
perilaku makan seharihari yang sehat dan seimbang dengan meningkatkan konsumsi
sayuran dan buah, membatasi makanan tinggi lemak dan karbohidrat sederhana.
2.
Mempertahankan
berat badan normal sesuai dengan umur dan tinggi badan.
3.
Melakukan
kegiatan jasmani yang cukup sesuai dengan umur dan kemampuan.
c. Pencegahan Tingkat Kedua
Sasaran utama pada
mereka yang baru terkena penyakit atau yang terancam akan menderita penyakit
tertentu melalui diagnosa dini serta pemberian pengobatan yang cepat dan tepat. Salah satu kegiatan
pencegahan tingkat kedua adanya
penemuan penderita secara aktif pada tahap dini. Kegiatan ini
meliputi pemeriksaan berkala, penyaringan (screening) yakni
pencarian penderita dini untuk penyakit yang secara klinis belum
tampak pada penduduk secara umum pada kelompok resiko tinggi
dan pemeriksaan kesehatan atau keterangan sehat.
d. Pencegahan Tingkat Ketiga
Pencegahan tingkat
ketiga (tertiary prevention) merupakan pencegahan dengan sasaran utamanya
adalah penderita penyakit tertentu, dalam usaha mencegah bertambah beratnya
penyakit atau mencegah terjadinya cacat serta program rehabilitasi. Tujuan
utama adalah mencegah proses penyakit lebih lanjut, seperti perawatan dan
pengobatan khusus pada penderita diabetes mellitus, tekanan darah tinggi,
gangguan saraf serta mencegah terjadinya cacat maupun kematian karena penyebab
tertentu, serta usaha rehabilitas.
5.
Mengapa
diabetes tipe 2 merupakan prevalensi tertinggi?
Tingginya prevalensi
diabetes melitus yang sebagian besar tergolong dalam diabetes melitus tipe 2
disebabkan oleh interaksi antara faktor-faktor kerentanan genetis dan paparan
terhadap lingkungan. Kondisi obesitas tersebut akan memicu timbulnya diabetes
melitus tipe 2. Pada orang dewasa, obesitas akan memiliki risiko timbulnya
diabetes melitus tipe 2 empat kali lebih besar dibandingkan orang dengan status
gizi normal. Selain pola makan yang tidak seimbang dan gizi lebih, aktivitas
fisik juga merupakan faktor risiko mayor dalam memicu terjadinya diabetes
melitus. Latihan fisik yang teratur dapat meningkatkan kualitas pembuluh darah
dan memperbaiki semua aspek metabolik, termasuk meningkatkan kepekaan insulin
serta memperbaiki toleransi glukosa.
Epidemiologi Stroke
1.
Tuliskan dan
jelaskan klasifikasi stroke!
a.
Stroke
iskemik (non perdarahan)
Stroke iskemik terjadi
bila pembuluh darah yang memasok darah ke otak tersumbat. Jenis stroke ini yang
paling umum (hampir 90% stroke adalah iskemik). Kondisi yang mendasari stroke
iskemik adalah penumpukan lemak yang melapisi dinding pembuluh darah yang
disebut aterosklerosis. Kolesterol,
homocisteine dan zat lainnya dapat melekat pada dinding arteri,
membentuk zat lengket yang disebut plak. Seiring waktu plak menumpuk, hal ini
sering membuat darah sulit mengalir dengan baik dan menyebabkan bekuan darah
(trombus).
b.
Stroke
hemoragik (perdarahan)
Stroke hemoragik
disebabkan oleh pembuluh darah yang bocor atau pecah di dalam atau di sekitar
otak sehingga menghentikan suplai darah ke jaringan otak yang dituju. Selain
itu, darah membanjiri dan memampatkan jaringan otak sekitarnya sehingga
mengganggu atau mematikan fungsinya.
2.
Jelaskan prevalensi stroke
berdasarkan riskesdas tahun 2011!
Prevalensi (angka
kejadian) stroke di Indonesia berdasarkan riset kesehatan dasar (Riskesdas)
tahun 2011 adalah delapan per seribu penduduk atau 0,8 %. Sebagai perbandingan,
prevalensi stroke di Amerika Serikat adalah 3,4 % per 100 ribu penduduk, di
Singapura 55 per 100 ribu penduduk dan di Thailand 11 per 100 ribu penduduk.
Dari jumlah total penderita stroke di Indonesia, sekitar 2,5 % atau 250 ribu
orang meninggal dunia dan sisanya cacat ringan maupun berat. Pada 2020
mendatang diperkirakan 7,6 juta orang akan meninggal karena stroke.
3.
Jelaskan
distribusi epidemiologi stroke
a. Person (orang)
Faktor-faktor yang
mempengaruhi kejadian penyakit stroke dilihat dari segi person (orang), yaitu:
1. Usia.
Kemunduran sistem pembuluh darah meningkat seiring dengan bertambahnya usia
hingga makin bertambah usia makin tinggi kemungkinan mendapat stroke. Dalam
statistik faktor ini menjadi 2 kali lipat setelah usia 55 tahun.
2. Jenis kelamin.
Stroke diketahui lebih banyak laki-laki dibanding perempuan. Kecuali umur 35-44
tahun dan diatas 85 tahun, lebih banyak diderita perempuan. Hal ini
diperkirakan karena pemakaian obat-obat kontrasepsi dan usia harapan hidup
perempuan yang lebih tinggi dibanding laki-laki.
3. Faktor
genetik. Riwayat stroke pada orang tua akan meningkatkan risiko stroke.
Peningkatan risiko stroke ini dapat diperantarai oleh beberapa mekanisme,
yaitu: penurunan genetis faktor risiko stroke, penurunan kepekaan terhadap
faktor risiko stroke, pengaruh keluarga pada pola hidup dan paparan lingkungan,
interaksi antara faktor genetik dan lingkungan. Penelitian pada anak kembar
memperlihatkan peran faktor genetik pada risiko stroke.
b. Time (waktu)
Penyakit
stroke dapat terjadi kapan saja, selama faktor resiko seperti tekanan darah
tinggi, kadar kolestrol dalam tubuh meningkat, dan terjadinya kematian jaringan
otak yang disebabkan berkurangnya aliran darah dan oksigen ke otak.
c. Place (tempat)
Penyakit
stroke banyak terjadi di Negara maju, akan tetapi tidak menutup kemungkinan
terjadi di Negara berkembang. Hal ini disebabkan pada gaya hidup yang tinggal
pada Negara-negara maju, seperti insiden stroke di
Amerika Serikat lebih kurang 700.000 pertahun dan merupakan penyebab kematian
ketiga setelah penyakit jantung koroner serta kanker.
4.
Jelaskan hubungan
hipertensi dengan stroke!
Berdasarkan
hasil perhitungan, hipertensi merupakan faktor risiko terbesar infark otak,
baik untuk pria maupun wanita. Menurut perhitungan statistik dengan variabel
umur, ternyata hipertensi dan normotensi mempunyai risiko stroke sebesar 3
berbanding 1 untuk pria dan 2,9 berbanding 1 untuk wanita. Artinya dengan
faktor risiko hipertensi ditambah umur lanjut, kejadian stroke untuk pria 3
kali dan wanita 2,9 kali lebih sering dibandingkan mereka yang berusia lanjut
dengan tekanan darah normal.
5.
Jelaskan tahap
pencegahan stroke!
a. Health
promotion (mempertinggi nilai kesehatan)
Health
Promotion yaitu usaha yang merupakan pelayanan terhadap pemeliharaan kesehatan
pada umumnya. Dalam mencegah penyakit stroke usaha tersebut dapat dilakukan
dengan upaya “3M”, yaitu:
1.
Menghindari:
rokok, stress mental, minum kopi dan alkohol, kegemukan, dan golongan
obat-obatan yang dapat mempengaruhi serebrovaskuler (amfetamin, kokain, dan
sejenisnya)
2.
Mengurangi:
asupan lemak, kalori, garam, dan kolesterol yang berlebih
3.
Mengontrol
atau mengendalikan: hipertensi, diabetes mellitus,
penyakit jantung dan aterosklerosis, kadar lemak darah, konsumsi makanan seimbang,
serta olah raga teratur 3-4 kali seminggu.
b. Specific protection (memberikan perlindungan khusus
terhadap suatu penyakit)
Usaha ini merupakan tindakan terhadap pencegahan
penyakit-penyakit tertentu, contohnya dengan konsumsi garam rendah sodium dan
diet lemak yang dapat mengurangi
risiko tekanan darah
tinggi yang mengakibatkan
stroke. Selain itu, konsumsi buah, sayuran dan gandum sangat bermanfaat
mencegah stroke (Hendrahadi, 2008).
c. Early diagnosis & prompt treatment (diagnosis
dini dan pengobatan tepat)
Diagnosa dini dan pengobatan tepat merupakan
program penemuan penderita melalui survey pada kelompok masyarakat yang
beresiko atau populasi umum.
d. Disability limitation (membatasi kemungkinan
cacat)
Pembatasan kecacatan dan berusaha untuk
mengilangkan gangguan kemampuan bekerja yang diakibatkan sesuai penyakit,
dengan:
§ Pencegahan penyakit stroke, dapat kita lakukan
dengan upaya menerapkan pola hidup sehat, berolahraga
teratur, dan sebaginya.
§ Rutin
memeriksa tekanan darah. Tingkat tekanan darah adalah faktor paling dominan
pada semua jenis stroke. Makin tinggi tekanan darah makin besar risiko terkena
stroke.
§ Periksa
kadar kolesterol dalam tubuh. Mengetahui tingkat kolesterol dapat meningkatkan
kewaspadaan stroke. Kolesterol tinggi mengarah pada risiko stroke.
§ Kontrol
kadar gula darah.
e. Rehabilitasi
RehabilÃtasÃ
stroke merupakan sebuah program komprehensÃf yang terkoordÃnasà antara medÃs
dan rehabÃlÃtasà dengan tujuan mengoptÃmalkan dan mernodifikasi kemampuan
fungsÃonal yang ada. Gejala sÃsa fungsÃonal yang dÃsebabkan karena densimotorik
merupakan fokus utama program rehabÃlitasà stroke. Program rehabÃlÃtasà stroke
sendÃrà telah terbukti dapat mengoptÃmalkan pemulÃhan sehingga penyandang
stroke mendapat keluaran fungsÃonal dan kualitas hÃdup yang lebÃh baÃk.
Epidemiologi
Lansia
1.
Tuliskan dan
jelaskan karakteristik lansia!
Beberapa karakteristik lansia yang perlu
diketahui untuk mengetahui keberadaan masalah kesehatan lansia adalah :
a.
Jenis kelamin: Lansia lebih banyak
pada wanita. Terdapat perbedaan kebutuhan dan masalah kesehatan yang
berbedaantara lansia laki dan wanita. Misalnya lansia laki ‘sibuk’ dengan
hipertropi prostat, maka wanita mungkin menghadapi osteoporosis.
b.
Status perkawinan:
Status masih lengkap atau sudah hidup janda/duda akan mempengaruhi keadaan
kesehatan lansia baik fisik mauun pikologis.
c. Living
arrangement: Misalnya keadaan pasangan, tinggal sendiri atau bersama istri,
anak atau keluarga lainnya.
Ø Tanggungan
keluarga : masih menanggung anak atau anggota keluarga.
Ø Tempat
tinggal : rumah sendiri, tinggal dengan anak. Dewasa ini kebanyakan lansia maih
hidup sebagai bagian keluarganya, baik lansia sebagai kepala keluarga atau
bagian dari keluarga anaknya. Namun akan cenderung bahwa lansia akan
ditinggalkan oleh keturunannya dalam rumah yang berbeda.
2.
Tuliskan
penyakit-penyakit pada lansia!
Penyakit-penyakit
yang sering diderita oleh penderita usia lanjut diantaranya adalah:
a. Penyakit
musculoskeletal (penyakit sendi dan tulang), seperti osteoarthritisgout,
rematik, osteoporosis, osteopenia, tendinitis, artralgi.
b. Penyakit
cerebro-kardiovaskuler, seperti stroke, penyakit jantung koroner, demensia,
dll.
c. Saluran
pernapasan, seperti: bronchitis kronis, asma, dll.
d. Kanker
e. Metabolik,
seperti : diabetes mellitus, obesitas, hipertiroid, dan lain-lain
f. Gangguan
kulit, seperti: gatal, gampang alergi makanan, dan lain-lain.
g. Katarak
h.
Prostat yang membesar
3.
Jelaskan
kebutuhan gizi pada lansia
Konsumsi makan yang
cukup dan seimbang akan bermanfaat bagi lanjut usia untuk mencegah atau
mengurangi kemungkinan penyakit kekurangan gizi, yang seyogyanya telah
dilakukan sejak muda dengan tujuan agar tercapai kondisi kesehatan yang prima
dan tetap produktif di hari tua. Hidangan gizi seimbang adalah makanan yang
mengandung zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur.
a.
Sumber zat tenaga atau
kalori adalah bahan makanan pokok seperti beras, jagung, ubi dan lainya yang
mengandung karbohidrat.
b.
Sumber zat pembangun
atau protein penting untuk pertumbuhan dan mengganti sel-sel yang rusak, pada
hewani seperti telur, ikan dan susu. Sedangkan pada nabati seperti
kacang-kacangan, tempe, tahu.
c.
Sumber zat pengatur,
bahan mengandung berbagai vitamin dan mineral yang berperan untuk melancarkan
bekerjanya fungsi organ tubuh contohnya sayuran dan buah.
4.
Tuliskan dan jelaskan tipe-tipe
kepribadian lansia!
Beberapa perubahan
tersebut dapat dibedakan berdasarkan lima tipe kepribadian lansia adalah
sebagai berikut:
a. Tipe
Kepribadian Konstruktif (Construction Personality), biasanya tipe ini tidak
banyak mengalami gejolak, tenang, dan mantap sampai sangat tua.
b. Tipe
Kepribadian Mandiri (Independent Personality), pada tipe ini biasanya ada
kecenderungan mengalami Post Power Syndrome. Apalagi jika pada masa lansia
tidak diisi dengan kegiatan yang dapat memberikan otonomi pada dirinya.
c. Tipe
Kepribadian Tergantung (Dependent Personality), pada tipe ini biasanya sangat
dipengaruhi kehidupan keluarga. Apabila kehidupan keluarga selalu harmonis maka
pada lansia tidak bergejolak, tetapi jika pasangan hidup meninggal maka
pasangan yang ditinggalkan akan menjadi merana. Apalagi jika tidak segera
bangkit dari kedukaannya.
d. Tipe
Kepribadian Bermusuhan (Hostility Personality), pada tipe ini setelah memasuki
lansia tetap merasa tidak puas dengan kehidupannya, banyak keinginan yang
kadang-kadang tidak diperhitungkan secara seksama sehingga menyebabkan kondisi
ekonominya menjadi berantakan.
e. Tipe
Kepribadian Kritik Diri (Self Hate Personality), pada lansia tipe ini umumnya
terlihat sengsara karena perilakunya sendiri sulit dibantu orang lain atau
cenderung membuat susah dirinya.
5.
Jelaskan upaya
kesehatan pada lansia!
Upaya Kesehatan bagi
Lanjut Usia :
a. Upaya
Promotif
Kegiatan
promotif dilakukan kepada lanjut usia, keluarga ataupun masyarakat di
sekitarnya, antara lain berupa penyuluhan tentang perilaku hidup sehat, gizi
untuk lanjut usia, proses degeneratif seperti katarak, presbikusis dan
lain-lain. Upaya peningkatan kebugaran jasmani, pemeliharaan kemandirian serta
produktivitas masyarakat lanjut usia.
1.
Perilaku Hidup Sehat
Perilaku
hidup sehat adalah sekumpulan perilaku yang dipraktekan atas dasar kesadaran
sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat
menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan
kesehatan masyarakatnya. PHBS erat kaitanya dengan pemberdayaan masyarakat
karena bidang garapanya adalah membantu masyarakat yang seterusnya bermuara
pada pemeliharaan, perubahan, atau peningkatan perilaku positif dalam bidang
kesehatan. Gaya hidup sehat untuk lansia yang terpenting seperti tidak merokok,
melakukan aktivitas 30 menit sehari, personal higiene, mengatur kesehatan
lingkungan seperti rumah sehat dan membuang kotoran pada tempatnya.
2.
Gizi untuk Lanjut Usia
Konsumsi
makan yang cukup dan seimbang akan bermanfaat bagi lanjut usia untuk mencegah
atau mengurangi kemungkinan penyakit kekurangan gizi, yang seyogyanya telah
dilakukan sejak muda dengan tujuan agar tercapai kondisi kesehatan yang prima
dan tetap produktif di hari tua. Hidangan gizi seimbang adalah makanan yang
mengandung zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur.
Ø Sumber
zat tenaga atau kalori adalah bahan makanan pokok seperti beras, jagung, ubi
dan lainya yang mengandung karbohidrat.
Ø Sumber
zat pembangun atau protein penting untuk pertumbuhan dan mengganti sel-sel yang
rusak, pada hewani seperti telur, ikan dan susu. Sedangkan pada nabati seperti
kacang-kacangan, tempe, tahu.
Ø Sumber
zat pengatur, bahan mengandung berbagai vitamin dan mineral yang berperan untuk
melancarkan bekerjanya fungsi organ tubuh contohnya sayuran dan buah.
b.
Upaya Preventif
Kegiatan
ini bertujuan untuk mencegah sedini mungkin terjadinya penyakit dan
komplikasinya akibat proses degeneratif. Kegiatan berupa deteksi dini dan
pemantauan kesehatan lanjut usia yang dapat dilakukan di kelompok lanjut usia
(posyandu lansia) atau Puskesmas dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat ( KMS )
lanjut usia.
c. Upaya
Kuratif
Kegiatan
pengobatan ringan bagi lanjut usia yang sakit bila dimungkinan dapat di lakukan
di kelompok lanjut usia atau Posyandu lansia. Pengobatan lebih lanjut ataupun
perawatan bagi lanjut usia yang sakit dapat dilakukan di fasilitas pelayanan
seperti Puskesmas Pembantu, Puskesmas ataupun di Pos Kesehatan Desa. Bila sakit
yang diderita lanjut usia membutuhkan penanganan dengan fasilitas lebih
lengkap, maka dilakukan rujukan ke Rumah Sakit setempat.
d. Upaya
Rehabilitatif
Upaya
rehabilitatif ini dapat berupa upaya medis, psikososial, edukatif maupun
upaya-upaya lain yang dapat semaksimal mungkin mengembalikan kemampuan
fungsional dan kepercayaan diri lanjut usia.

0 Komentar