MAKALAH
ANALISIS BIAYA SATUAN
“PENERAPAN
TARIF DI RUMAH SAKIT AL-KHAIRAAT”
KATA
PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga kelompok kami dapat
menyelesaikan Makalah “Analisis Biaya Satuan” di Rumah Sakit Al-Khairaat,
makalah ini untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah ‘Analisis Biaya Satuan’ Peminatan
Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Tadulako.
Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW. yang telah membawa risalah Islam yang penuh
dengan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu-ilmu keIslaman, sehingga dapat menjadi
bekal hidup kita baik di dunia maupun di akhirat kelak.
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk
memberikan gambaran mengenai bagaimana Penetapan tarif pembiayaan Rumah Sakit
di Rumah Sakit Al-Khairaat.
Dalam pembuatan makalah ini, kami banyak mendapat
hambatan dan tantangan namun dengan dukungan dari berbagai pihak, tantangan
tersebut dapat teratasi. olehnya itu, kami mengucapkan terima kasih kepada
pihak – pihak yang telah ikut membantu dalam penyelesaian makalah ini. untuk
itu penulis sampaikan banyak terimakasih utamanya kepada yang terhormat dosen
kami Bapak Muh.Ryman Napirah, S.KM, M.Kes, kepada Direktur Rumah Sakit
Al-Khairaat, Bagian Administrasi Rumah Sakit Al-Khairaat, serta rekan-rekan
kelompok penyusun makalah ini. Semoga kontribusinya mendapat balasan dari ALLAH
S.W.T.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan
baik segi penyusunan maupun isinya. Kritik dan saran dari pembaca sangat kami
harapkan untuk kesempurnaan tugas selanjutnya.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Banyak faktor yang merupakan ukuran keberhasilan
manajemen rumah sakit. Salah satu faktor tersebut adalah masalah pembiayaan
yang harus diatur oleh manajemen rumah sakit sehingga terdapat keseimbangan
antara pendapatan dan biaya. Dalam hal ini penentuan tarif yang rasional yang
berdasarkan biaya satuan menjadi penting. Dalam perhitungan biaya satuan dapat
diketahui berapa persen investasi gedung, mesin hemodialisis, peralatan medis
lain, peralatan non medis, biaya bahan habis pakai/obat, honorarium supervisor
medis, insentif perawat, berapa persen biaya pemeliharaan dan operasional dan
lain-lain yang berguna untuk menentukan kebijakan tarif pelayanan hemodialisis
apakah bersubsidi sebagai salah satu satu fungsi sosial rumah sakit atau
mengambil profit yang besarnya sesuai dengan kebijakan manajemen.
Berdasarkan
penelitian yang dilakukanoleh Economist Intelligence Unit (EIU) yangdisponsori
oleh General Electric (GE) dandilaporkan dalam Old Problems, freshsolutions:
Indonesias new health regime mengatakan bahwa di Indonesia, kesehatan bukan
menjadi prioritas pemerintah. Secara kebijakan, anggaran kesehatan di Indonesia
selama 40 tahun tidak pernah lebih dari 3% dan jumlah ini masih di bawah anggaran
untuk BBM dan listrik yang mencapai 6 kali lipatnya. Sebenarnya anggaran untuk
pembiayaan kesehatan diIndonesia antara harapan dan kenyataankarena selama 50
tahun terakhir tidak melebihiangka 4,0% (sekitar 3,0% - 4,0%),
SedangkanWHO menganjurkan minimal 5,0% dari dana anggaran pendapatan dan
belanja negara. Sedangkan untuk mencapai derajat kesehatan yang ideal pada
suatu negara diperlukan anggaran 15%-20% dari total APBN. Anggaran yang besar
berbanding lurus dengan biaya kesehatan yang tinggi sehingga mampu memberikan
dampak dalam peningkatkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya
Di Indonesia
anggaran kesehatan yang ditetapkan oleh pemerintah sebesar 5% dari total
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Adapun APBN 2018 sebesar Rp.
1.894,7 triliun dan anggaran kesehatan pada tahun 2018 sebesar Rp. 111,0
triliun, jika dihitung persentase anggaran kesehatan tahun ini naik mencapai
0,86%. Artinya anggaran kesehatan tahun ini sebesar 5,86% dan telah memenuhi
standard WHO untuk tercapainya peningkatan derajat kesehatan yang minimal.
Berdasarkan
surat KeputusanMenteri Kesehatan RI No.582/Menkes/SK/IV/1997, tanggal 11 Juni
1997 tentang Pola Tarif Rumah Sakit Pemerintah berdasarkan
analisis biaya (unit cost) khususnya pada pasal 8 ayat 2, disebutkan bahwa unit
cost rata-rata rawat inap dihitung melalui analisis biaya dengan metode
distribusi ganda (double distribution) yaitu satu cara untuk menghitung satuan
(unit cost) dengan mendistribusikan semua biaya yang terpakai diunit penunjang
ke unit produksi (distribusiberganda).
B.
Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana penerapan tarif di RS
Al-khaerat palu?
2.
Mengapa RS Al-khaerat palu menggunakan
penetapan tariff ?
3.
Apakah RS Al-khaerat palu pernah
melakukan analisis biaya satuan?
4.
Mengapa RS Al-khaerat palu menggunakan
analisis biaya satuan?
5.
Apa saja kelebihan menggunakan analisis
biaya satuan ?
C.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui penerapan tarif di RS
Al-khaerat palu?
2.
Untuk mengetahui mengapa RS Al-khaerat
palu menggunakan penetapan tariff ?
3.
Untuk mengetahui apakah RS Al-khaerat
palu pernah melakukan analisis biaya satuan?
4.
Untuk mengetahui alasan RS Al-khaerat
palu menggunakan analisis biaya satuan?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Biaya adalah nilai kas atau setara kas
yang dikorbankan untuk memperoleh barang dan jasa yang diperkirakan akan
memberi manfaat saat kini atau masa depan pada organisasi atau pengorbanan yang
terjadi dalam rangka untuk memperoleh barang atau jasa yang bermanfaat.
Biaya (cost)
adalah nilai sejumlah input (faktor produksi) yang dipakai untuk menghasilkan
suatu produk (output). Biaya juga sering diartikan sebagai nilai suatu
pengorbanan/pengeluaran untuk memperoleh suatu harapah (target)/output tertentu
Tarif adalah
nilai suatu jasa pelayanan yang ditetapkan dengan ukuran sejumlah uang berdasarkan
pertimbangan bahwa dengan nilai uang tersebut sebuah rumah sakit bersedia
memberikan jasa kepada pasien. Tarif rumah sakit merupakan aspek yang sangat
diperhatikan oleh rumah sakit swasta juga oleh rumah sakit milik pemerintah.
Bagi sebagian rumah sakit pemerintah, tarif memang ditetapkan berdasarkan Surat
Keputusan Menkes atau Pemerintah Daerah.
Tarif rasional
adalah tarif optimal untuk melayani consumer surplus, tetapi tetap berusaha
mempertahankan pemerataan pelayanan kesehatan rawat inap dirumah sakit.
Biaya sebagai nilai tukar, pengeluaran,
pengorbanan untuk memperoleh manfaat. Beban dapat di definisikan sebagai aliran
keluar terukur dari barang atau jasa yang kemudian di tandingkan dengan
pendapatan untuk menentukan laba atau sebagai “Penurunan dalam aktiva bersih
sebagai akibat dari penggunaan jasa ekonomis dalam menciptakan pendapatan atau
pengenaan pajak oleh badan pemerintah. Beban dalam arti luas termasuk semua
biaya yang sudah habis masa berlakunya yang dapat di kurangkan dari pendapatan
Dalam memutuskan besarnya tarif yang
diberikan atau untuk menyusun besarnya anggaran suatu program pelayanan, maka
perhitungan unit cost (unit cost) akan sangat membantu. Penentuan unit cost
dalam analisis biaya diperlukan untuk mengetahui besarnya biaya yang
benar-benar dibutuhkan untuk menghasilkan suatu produk baik berupa barang
ataupun jasa, disamping tujuan lainnya seperti menilai efisiensi dalam anggaran.
Selain itu, analisis biaya melalui perhitungan unit cost dapat dipergunakan
rumah sakit sebagai dasar pengukuran kinerja, penyusunan anggaran dan subsidi,
alat negosiasi pembiayaan kepada stakeholder terkait dan dapat pula dijadikan
acuan dalam mengusulkan tarif pelayanan rumah sakit yang baru dan terjangkau
masyarakat. Dengan analisis ini dapat diketahui pusat biaya yang ada di rumah
sakit, sehingga kepala rumah sakit akan lebih mudah mengidentifikasi pusat
biaya mana yang mengalami defisit dan dengan mudah dapat dilakukan tindakan
perbaikan (Damayanti, 2017).
Analisis biaya rumah sakit adalah suatu kegiatan
menghitung biaya rumah sakit untuk berbagai jenis pelayanan yang ditawarkan
baik secara total maupun per unit atau perpasien dengan cara menghitung seluruh
biaya pada seluruh unit pusat biaya serta mendistribusikannya ke unit-unit
produksi yang kemudian dibayar oleh pasien (Depkes, 1977).Menurut Gani (1996),
analisis biaya dilakukan dalam perencanaan kesehatan untuk menjawab pertanyaan
berapa rupiah satuan program atau proyek atau unit pelayanan kesehatan agar
dapat dihitung total anggaran yang diperlukan untuk program atau pelayanan
kesehatan.
Analisis biaya rumah sakit atau puskesmas adalah proses
pengumpulan dan pengelompokkan data anggaran rumah sakit atau puskesmas untuk
menghitung jasa output biaya pelayanan (unit
cost).
B. Jenis-jenis Biaya
Jenis-jenis biaya
menurut Firmasnyah (2014) antara lain:
a. Biaya
produksi dan nonproduksi. Biaya produksi adalah biaya yang terjadi untuk
mengolah bahan baku menjadi bahan jadi. Biaya produksi digolongkan menjadi
biaya produksi langsung, dan biaya produksi tidak langsung. Biaya nonproduksi
adalah biaya yang terjadi atau yang dikeluarkan untuk bahan pelengkap atau
pembantu, seperti biaya administrasi umum dan biaya penjualan atau biaya
pemasaran.
b. Biaya
bahan baku (raw material cost) adalah biaya untuk bahanbahan yang dapat dengan
mudah dan langsung diidentifikasikan dengan barang jadi atau bahan utama yang
digunakan dengan proses produksi dan menjadi bagian utama dari produk jadi yang
dihasilkan.
c. Biaya
tenaga kerja adalah imbalan yang diberikan oleh perusahaan kepada tenaga kerja
yang dapat dinilai dengan satuan uang atas pengorbanan yang diberikannya untuk
kegiatan produksi.
d. Biaya
overhead pabrik (BOP) adalah biaya-biaya pabrik, selain bahan baku dan tenaga
kerja langsung
e. Biaya
pemasaran adalah biaya yang dibebankan di dalam penjualan suatu barang atau
jasa dari keluarnya barang dari gudang sampai ke tangan pembeli. Biaya
pemasaran dapat digolongkan menjadi biaya untuk mendapatkan pesanan
(order-getting costs), dan biaya untuk memenuhi pesanan (order-filling costs),
yaitu semua biaya yang 9 dikeluarkan untuk mengusahakan supaya produk sampai ke
tangan pembeli dan biaya-biaya untuk mengumpulkan piutang dari pembeli.
f. Biaya
administrasi dan umum, merupakan biaya yang terjadi dalam hubungannya dengan
pengaturan atau koordinasi kegiatan produksi atau biaya-biaya untuk kegiatan
umum perusahaan.
g. Biaya
variabel, semi, dan tetap. Biaya variabel adalah biaya yang secara total
cenderung berubah-ubah secara proporsional sesuai dengan perubahan volume
produksi sedangkan per unitnya cenderung tetap konstan. Biaya semi variabel
adalah biaya yang berubah dan tidak seimbang dengan perubahan volume kegiatan.
Biaya tetap adalah biaya yang secara total tidak berubah jumlahnya meskipun
jumlah produksi berubah(Wauran, 2016).
C.
Biaya
Overhead Pabrik
Menurut
Armanto (2006) definisi biaya overhead pabrik adalah semua biaya pabrikasi
selain dari bahan baku dan buruh langsung (biaya pemeliharaan, biaya penyusutan
gedung, dan sebagainya). Biaya overhead pabrik diklasifikasikan menjadi tiga kelompok
berdasarkan karakteristiknya dalam hubungannya dengan produksi. Tiga kelompok
tersebut adalah:
a. Biaya
Overhead Variabel (Variabel Factory Overhead Cost) Total biaya overhead
variabel berubah-ubah sebanding dengan unit yang diproduksi, yaitu semakin besar
unit yang diproduksi, semakin tinggi total biaya variabelnya. Biaya variabel
per unit konstan walaupun produksi berubah.
b. Biaya
Overhead Tetap (Fixed Factory Overhead Cost) Total biaya overhead pabrik tetap
adalah konstan dalam tingkat hasil tertentu, tanpa dipengaruhi oleh adanya
perubahan tingkat produksi sampai suatutingkat hasil tertentu (relevan range).
Contoh biaya overhead pabrik tetap adalah sewa gedung pabrik.
c.
Biaya Overhead Semivariabel Biaya
overhead semivariabel adalah biaya yang sifatnya tidak semuanya tetap dan juga
tidak semuanya variabel, tetapi mempunyai karakteristik keduanya. Biaya
overhead pabrik semivariabel akhirnya harus dipisahkan ke komponen biaya tetap
atau biaya variabel untuk keperluan perencanaan dan pengendalian(Pelo, 2012).
D.
Tahapan
Perhitungan Unit Cost Paket Pelayanan
Untuk dapat menentukan unit cost paket pelayanan kesehatan
dengan menggunakan sistem ABC, sebenarnya sistem akuntansi yang tersedia saat
ini di institusi pelayanan kesehatan tidak mendukung tetapi dengan melakukan
modifikasi dan asumsi-asumsi maka perhitungan unit cost dengan menggunakan
sistem ABC dapat dilakukan. Beberapa kesulitan dalam menerapka sistem ABC pada
manajemen pelayanan kesehatan adalah begitu banyaknya jenis pelayanan kesehatan
yang diselenggarakan oleh satu institusi pelayanan kesehatan dan setiap jenis
pelayanan kesehatan tersebut memiliki berbagai aktivitas. Untuk mengatasi
kesulitan tersebut peranan Standar Operasional Prosedur untuk setiap jenis
pelayanan yang diselenggarakan sangatlah penting. Peranan Komite Medik sangat
penting dalam mengembangkan Standar Operasional Prosedur ini.
Unit cost pelayanan kesehatan yang dihasilkan merupakan salah
satu aspek yang menjadi pertimbangan dalam menentukan tarif paket pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan oleh Balai Kesehatan. Adapun tahapan perhitungan
unit cost paket pelayanan tersebut adalah:
a. identifikasi
aktivitas
Yang
dimaksud dengan identifikasi aktivitas pada tahap ini adalah melakukan pemetaan
terhadap berbagai aktivitas yang dilaksanakan oleh Balai Kesehatan untuk
menghasilkan layanan kesehatan bagi konsumen / pasien. Tahapan ini penting
dilakukan karena tahapan ini akan menghasilkan informasi secara rinci mengenai
berbagai proses yang terjadi di dalam Balai Kesehatan untuk menghasilkan
layanan kesehatan. Berbagai proses yang teridentifikasi selanjutnya dirinci
menjadi beberapa sub proses dan setiap sub proses dirinci kembali menjadi
berbagai aktivitas. Identifikasi proses dilakukan mulai dari proses yang
terjadi pada tingkat pimpinan sampai dengan identifikasi proses di tingkat
pelayanan langsung kepada pasien, termasuk juga identifikasi pelayanan luar
gedung bila memang layanan ini dilaksanakan oleh Balai Kesehatan. Setiap
proses, sub proses dan aktivitas yang berhasil diidentifikasi selalui memiliki
luaran yang merupakan bentuk layanan yang diterima oleh konsumen, baik konsumen
internal (mereka yang bekerja di institusi pelayanan kesehatan) maupun konsumen
eksternal (pasien). Luaran yang berhasil diidentifikasi ini dapat digunakan oleh
pimpinan balai untuk menilai apakah luaran tersebut memiliki nilai tambah ( added
value) ataupun tidak memiliki nilai tambah (non added value). Untuk
luaran yang tidak memiliki nilai tambah maka pimpinan Balai Kesehatan dapat
melakukan improvement sehingga mengubah luaran tersebut memiliki nilai
tambah bagi konsumen.
b. Organisasikan
aktivitas ke dalam pusat biaya
Mengorganisasikan aktivitas ke dalam pusat biaya bertujuan
untuk mengelompokkan seluruh aktivitas yang telah berhasil diidentifikasi
berdasarkan kesamaan aktivitas sesuai klasifikasi aktivitas. Klasifikasi
tersebut berdasarkan aktiitas yang langsung berkaitan dengan konsumen / pasien
( result producing acitivities), aktivitas yang mendukung aktivitas
langsung pada pasien (result contributing acitivities) dan aktivitas
jasa yang mendukung result producing acitivities dan result
contributing acitivities. Berikut contoh tabel pengelompokkan aktivitas ke
dalam pusat biaya berdasarkan kesamaan aktivitasnya.
c. Identifikasi
biaya elemen utama
Pada
tahap identifikasi elemen biaya utama, setelah diidentifikasi seluruh biaya
yang dikeluarkan oleh Balai Kesehatan maka dilakukan pengelompokkan biaya ke
dalam 2 kelompok besar yaitu:
1. Biaya
langsung : merupakan biaya yang langsung dibebankan kepada konsumen / pasien
sebagai biaya atas aktivitas yang diselenggarakan oleh Balai Kesehatan (direct
tracing). Sebagai Contoh : Biaya visite dokter.
2. Biaya
tidak langsung : merupakan biaya yang tidak dapat dibebankan secara langsung
kepada pasien melalui aktivitas langsung yang diterima oleh pasien.
d. Analisis
hubungan antara aktivitas dengan biaya
Tahap ini merupakan salah satu tahapan yang
penting karena penilaian hubungan aktivitas dengan biaya menjadi salah satu
dasar pertimbangan untuk melakukan pembebanan biaya kepada aktivitas.
e. Identifikasi
pemicu biaya
Setelah tahap analisis hubungan antara
biaya dan pusat biayanya maka tahapan selanjutnya adalah mengidentifikasi
pemicu biaya untuk setiap biaya yang terjadi pada setiap aktivitas yang telah
berhasil diidentifikasi.
BAB
III
HASIL
A.
Penerapan Tarif di Rumah Sakit Al-Khairaat
Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak
administrasi Rumah Sakit Al-khairaat palu didapatkan hasil bahwa Rumah Sakit Al-Khairaat
tidak menggunakan system penerapan tarif dengan metode unit cost atau penetapan
biaya khusus. Melainkan
hanya menggunakan system manual yang ketetapan tarifnya hanya ditentukan oleh
direktur dan yayasan Rumah Sakit
Al-Khairaat.
B.
Dasar Rumah Sakit Al-Khairaat menetapkan tarif
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pihak Rumah
Sakit mengatakan bahwa system penetapan tarif yang dilakukan oleh rumah sakit
Al-Khairat bersifat manual sehingga tidak
ada perencanaan untuk penganggaran atau penetapan tarif
dikarenakan sumber daya
manusia yang kurang dan keaddan Rumah sakit yang masih dalam proses berkembang, pihak Rumah Sakit mengatakan bahwa system
menetapan tarif ditentukan oleh direktur rumah sakit, dengan menghitung dari
100% biaya pemasukkan, dimana 60% untuk rumah sakit dan 40% untuk medis seperti
dokter, perawat, bidan dan pegawai Rumah Sakit
C.
Pernahkah Rumah Sakit Al-Khairaat melakukan analisis
biaya satuan
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan
pihak Rumah Sakit Al-Khairaat, pihak Administrasi mengatakan bahwa Rumah Sakit
Al-Khairaat belum pernah melakukan analisis biaya satuan dikarenakan rumah sakit
tersebut masih dalam kategori berkembang dan masih sangat kekurangan SDM
sehingga setiap keperluan yang dibutuhkan dirumah sakit sistemnya masih apa
yang dibutuhkan itulah yang dianggarkan, belum ada perencanaan untuk
memperhitungan pembiayayan dan penetapan tarif di Rumah Sakit tersebut.
D.
Alasan Rumah Sakit Al-Khairaat tidak menggunakan
analisis biaya satuan
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan
pihak Rumah Sakit Al-Khairaat, pihak Administrasi mengatakan bahwa Rumah Sakit
Al-Akhirat tidak menggunakan system Unit cost dalam penetuan tarif biaya karena, beberapa kendala seperti tidak sistem SIM
RS, sehingga alur proses adiministrasi Rumah sakit belum terkordinasi dengan baik, dan masih terfokus
pada pebaikan administrasi serta Sumber Daya Manusia yang
masih kurang sehingga banyak pegawai yang merangkap jabatan di Rumah Sakit sehingga belum
terfokus pada sistem unit cost selain itu pihak
Rumah Sakit juga mengatakan bahwa mereka belum melakukan unit cost karna masih
sering terjadi kekurangan dana sehingga mereka belum bisa menentukan penetapan
tarif. Akan tetapi pihak Rumah Sakit sendiri juga berkeinginan melakukan
penetapan tarif jika Rumah Sakit tersebut sudah lebih maju lagi dan tidak
kekurangan sumber daya manusia.
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Rumah Sakit
Al-khairaat palu didapatkan hasil bahwa rumahsakit Al-Khairaat tidak
menggunakan system penerapan tarif dengan metode unit cost atau penetapan biaya
khusus melainkan hanya menggunakan system manual yang ketetapan tarifnya hanya
ditentukan oleh direktur dan yayasan rumah sakit Al-Khairaat.
2.
pihak Rumah
Sakit mengatakan bahwa system menetapan tarif ditentukan oleh direktur rumah
sakit, dengan menghitung dari 100% biaya pemasukkan, dimana 60% untuk rumah
sakit dan 40% untuk medis seperti dokter, perawat, bidan dll
3.
Selama Berdiri Rumah
Sakit Al-Khairaat belum pernah melakukan analisis biaya satuan, karena
penetapan tarifnya berdasarkan penetapan direktur dan yayasan
4.
Rumah Sakit Al-Akhirat
tidak menggunakan system Unit cost dalam penentuan tarif biaya karena, beberapa
hal seperti Tidak sistem SIM RS, sehingga alur proses adiministrasi Rumah sakit
belum terkordinasi dengan baik, dan
masih terfokus pada pebaikan administrasi serta Sumber daya Manusia yang masih
kurang di Rumah Sakit, dan belum terfokus pada unit cost.
B.
Saran
Sebaiknya Pihak Rumah Sakit Al-Khairaat kedepannya
menggunakan system unit cost agar lebih mudah menentukan penetapan pembiayaan
Rumah Sakit tersebut selain itu Rumah
Sakit juga juga lebih memperhatikan penambahan sumber daya manusianya agar
system manajemen administrasinya lebih terorganisir.
DAFTAR PUSTAKA
Damayanti,
Thalisah 2017, “Analisis Unit Cost
Sectio Caesaria dengan Metode Activity Based Costing di Rumah Sakit
Bhayangkara Yogyakarta”, Jurnal
Medicoeticolegal dan Manajemen Rumah Sakit, Vol. 6, No.1, Hal. 16-23
Kenneth C.
Laudon 2008, Sistem Informasi Manajemen Edisi 10 Buku 2
Mulyadi 2007, Activity
Based Costing System. Sistem Informasi Biaya untuk Pemberdayaan Karyawan,
Pengurangan Biaya dan Penentuan Secara Akurat Kos Produk dan Jasa. Edis6
Cetakan 2. Universitas Gadjah Mada
Ririn
dkk 2013, “Analisis Biaya Satuan (Unit Cost) Perjenis Tindakan Berdasarkan
Relative Value Unit (RVU) Pada Bagian Persalinan RSUD Ajangapange Kabupaten
Soppeng Tahun 2011”, Jurnal AKK, Vol.
2, No. 1, Hal 35-41
0 Komentar