Iklan atas - New

MAKALAH ANALISIS BIAYA SATUAN “PENERAPAN TARIF DI RUMAH SAKIT AL-KHAIRAAT”



MAKALAH ANALISIS BIAYA SATUAN
“PENERAPAN TARIF DI RUMAH SAKIT AL-KHAIRAAT”

KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan Makalah “Analisis Biaya Satuan” di Rumah Sakit Al-Khairaat, makalah ini untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah ‘Analisis Biaya Satuan’ Peminatan Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Tadulako.
Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. yang telah membawa risalah Islam yang penuh dengan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu-ilmu keIslaman, sehingga dapat menjadi bekal hidup kita baik di dunia maupun di akhirat kelak.
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memberikan gambaran mengenai bagaimana Penetapan tarif pembiayaan Rumah Sakit di Rumah Sakit Al-Khairaat.
Dalam pembuatan makalah ini, kami banyak mendapat hambatan dan tantangan namun dengan dukungan dari berbagai pihak, tantangan tersebut dapat teratasi. olehnya itu, kami mengucapkan terima kasih kepada pihak – pihak yang telah ikut membantu dalam penyelesaian makalah ini. untuk itu penulis sampaikan banyak terimakasih utamanya kepada yang terhormat dosen kami Bapak Muh.Ryman Napirah, S.KM, M.Kes, kepada Direktur Rumah Sakit Al-Khairaat, Bagian Administrasi Rumah Sakit Al-Khairaat, serta rekan-rekan kelompok penyusun makalah ini. Semoga kontribusinya mendapat balasan dari ALLAH S.W.T.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan baik segi penyusunan maupun isinya. Kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan untuk kesempurnaan tugas selanjutnya.
                                                                                   
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Banyak faktor yang merupakan ukuran keberhasilan manajemen rumah sakit. Salah satu faktor tersebut adalah masalah pembiayaan yang harus diatur oleh manajemen rumah sakit sehingga terdapat keseimbangan antara pendapatan dan biaya. Dalam hal ini penentuan tarif yang rasional yang berdasarkan biaya satuan menjadi penting. Dalam perhitungan biaya satuan dapat diketahui berapa persen investasi gedung, mesin hemodialisis, peralatan medis lain, peralatan non medis, biaya bahan habis pakai/obat, honorarium supervisor medis, insentif perawat, berapa persen biaya pemeliharaan dan operasional dan lain-lain yang berguna untuk menentukan kebijakan tarif pelayanan hemodialisis apakah bersubsidi sebagai salah satu satu fungsi sosial rumah sakit atau mengambil profit yang besarnya sesuai dengan kebijakan manajemen. 
Berdasarkan penelitian yang dilakukanoleh Economist Intelligence Unit (EIU) yangdisponsori oleh General Electric (GE) dandilaporkan dalam Old Problems, freshsolutions: Indonesias new health regime mengatakan bahwa di Indonesia, kesehatan bukan menjadi prioritas pemerintah. Secara kebijakan, anggaran kesehatan di Indonesia selama 40 tahun tidak pernah lebih dari 3% dan jumlah ini masih di bawah anggaran untuk BBM dan listrik yang mencapai 6 kali lipatnya. Sebenarnya anggaran untuk pembiayaan kesehatan diIndonesia antara harapan dan kenyataankarena selama 50 tahun terakhir tidak melebihiangka 4,0% (sekitar 3,0% - 4,0%), SedangkanWHO menganjurkan minimal 5,0% dari dana anggaran pendapatan dan belanja negara. Sedangkan untuk mencapai derajat kesehatan yang ideal pada suatu negara diperlukan anggaran 15%-20% dari total APBN. Anggaran yang besar berbanding lurus dengan biaya kesehatan yang tinggi sehingga mampu memberikan dampak dalam peningkatkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya
Di Indonesia anggaran kesehatan yang ditetapkan oleh pemerintah sebesar 5% dari total Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Adapun APBN 2018 sebesar Rp. 1.894,7 triliun dan anggaran kesehatan pada tahun 2018 sebesar Rp. 111,0 triliun, jika dihitung persentase anggaran kesehatan tahun ini naik mencapai 0,86%. Artinya anggaran kesehatan tahun ini sebesar 5,86% dan telah memenuhi standard WHO untuk tercapainya peningkatan derajat kesehatan yang minimal.
Berdasarkan surat KeputusanMenteri Kesehatan RI No.582/Menkes/SK/IV/1997, tanggal 11 Juni 1997 tentang Pola Tarif Rumah Sakit Pemerintah berdasarkan analisis biaya (unit cost) khususnya pada pasal 8 ayat 2, disebutkan bahwa unit cost rata-rata rawat inap dihitung melalui analisis biaya dengan metode distribusi ganda (double distribution) yaitu satu cara untuk menghitung satuan (unit cost) dengan mendistribusikan semua biaya yang terpakai diunit penunjang ke unit produksi (distribusiberganda).
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana penerapan tarif di RS Al-khaerat palu?
2.      Mengapa RS Al-khaerat palu menggunakan penetapan tariff ?
3.      Apakah RS Al-khaerat palu pernah melakukan analisis biaya satuan?
4.      Mengapa RS Al-khaerat palu menggunakan analisis biaya satuan?
5.      Apa saja kelebihan menggunakan analisis biaya satuan ?
C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui penerapan tarif di RS Al-khaerat palu?
2.      Untuk mengetahui mengapa RS Al-khaerat palu menggunakan penetapan tariff ?
3.      Untuk mengetahui apakah RS Al-khaerat palu pernah melakukan analisis biaya satuan?
4.      Untuk mengetahui alasan RS Al-khaerat palu menggunakan analisis biaya satuan?

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.  Pengertian
Biaya adalah nilai kas atau setara kas yang dikorbankan untuk memperoleh barang dan jasa yang diperkirakan akan memberi manfaat saat kini atau masa depan pada organisasi atau pengorbanan yang terjadi dalam rangka untuk memperoleh barang atau jasa yang bermanfaat.
Biaya (cost) adalah nilai sejumlah input (faktor produksi) yang dipakai untuk menghasilkan suatu produk (output). Biaya juga sering diartikan sebagai nilai suatu pengorbanan/pengeluaran untuk memperoleh suatu harapah (target)/output tertentu 
Tarif adalah nilai suatu jasa pelayanan yang ditetapkan dengan ukuran sejumlah uang berdasarkan pertimbangan bahwa dengan nilai uang tersebut sebuah rumah sakit bersedia memberikan jasa kepada pasien. Tarif rumah sakit merupakan aspek yang sangat diperhatikan oleh rumah sakit swasta juga oleh rumah sakit milik pemerintah. Bagi sebagian rumah sakit pemerintah, tarif memang ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menkes atau Pemerintah Daerah.
Tarif rasional adalah tarif optimal untuk melayani consumer surplus, tetapi tetap berusaha mempertahankan pemerataan pelayanan kesehatan rawat inap dirumah sakit.
Biaya sebagai nilai tukar, pengeluaran, pengorbanan untuk memperoleh manfaat. Beban dapat di definisikan sebagai aliran keluar terukur dari barang atau jasa yang kemudian di tandingkan dengan pendapatan untuk menentukan laba atau sebagai “Penurunan dalam aktiva bersih sebagai akibat dari penggunaan jasa ekonomis dalam menciptakan pendapatan atau pengenaan pajak oleh badan pemerintah. Beban dalam arti luas termasuk semua biaya yang sudah habis masa berlakunya yang dapat di kurangkan dari pendapatan
Dalam memutuskan besarnya tarif yang diberikan atau untuk menyusun besarnya anggaran suatu program pelayanan, maka perhitungan unit cost (unit cost) akan sangat membantu. Penentuan unit cost dalam analisis biaya diperlukan untuk mengetahui besarnya biaya yang benar-benar dibutuhkan untuk menghasilkan suatu produk baik berupa barang ataupun jasa, disamping tujuan lainnya seperti menilai efisiensi dalam anggaran. Selain itu, analisis biaya melalui perhitungan unit cost dapat dipergunakan rumah sakit sebagai dasar pengukuran kinerja, penyusunan anggaran dan subsidi, alat negosiasi pembiayaan kepada stakeholder terkait dan dapat pula dijadikan acuan dalam mengusulkan tarif pelayanan rumah sakit yang baru dan terjangkau masyarakat. Dengan analisis ini dapat diketahui pusat biaya yang ada di rumah sakit, sehingga kepala rumah sakit akan lebih mudah mengidentifikasi pusat biaya mana yang mengalami defisit dan dengan mudah dapat dilakukan tindakan perbaikan (Damayanti, 2017).
Analisis biaya rumah sakit adalah suatu kegiatan menghitung biaya rumah sakit untuk berbagai jenis pelayanan yang ditawarkan baik secara total maupun per unit atau perpasien dengan cara menghitung seluruh biaya pada seluruh unit pusat biaya serta mendistribusikannya ke unit-unit produksi yang kemudian dibayar oleh pasien (Depkes, 1977).Menurut Gani (1996), analisis biaya dilakukan dalam perencanaan kesehatan untuk menjawab pertanyaan berapa rupiah satuan program atau proyek atau unit pelayanan kesehatan agar dapat dihitung total anggaran yang diperlukan untuk program atau pelayanan kesehatan.
Analisis biaya rumah sakit atau puskesmas adalah proses pengumpulan dan pengelompokkan data anggaran rumah sakit atau puskesmas untuk menghitung jasa output biaya pelayanan (unit cost).
B.  Jenis-jenis Biaya
Jenis-jenis biaya menurut Firmasnyah (2014) antara lain:
a.       Biaya produksi dan nonproduksi. Biaya produksi adalah biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi bahan jadi. Biaya produksi digolongkan menjadi biaya produksi langsung, dan biaya produksi tidak langsung. Biaya nonproduksi adalah biaya yang terjadi atau yang dikeluarkan untuk bahan pelengkap atau pembantu, seperti biaya administrasi umum dan biaya penjualan atau biaya pemasaran.
b.      Biaya bahan baku (raw material cost) adalah biaya untuk bahanbahan yang dapat dengan mudah dan langsung diidentifikasikan dengan barang jadi atau bahan utama yang digunakan dengan proses produksi dan menjadi bagian utama dari produk jadi yang dihasilkan.
c.       Biaya tenaga kerja adalah imbalan yang diberikan oleh perusahaan kepada tenaga kerja yang dapat dinilai dengan satuan uang atas pengorbanan yang diberikannya untuk kegiatan produksi.
d.      Biaya overhead pabrik (BOP) adalah biaya-biaya pabrik, selain bahan baku dan tenaga kerja langsung
e.       Biaya pemasaran adalah biaya yang dibebankan di dalam penjualan suatu barang atau jasa dari keluarnya barang dari gudang sampai ke tangan pembeli. Biaya pemasaran dapat digolongkan menjadi biaya untuk mendapatkan pesanan (order-getting costs), dan biaya untuk memenuhi pesanan (order-filling costs), yaitu semua biaya yang 9 dikeluarkan untuk mengusahakan supaya produk sampai ke tangan pembeli dan biaya-biaya untuk mengumpulkan piutang dari pembeli.
f.       Biaya administrasi dan umum, merupakan biaya yang terjadi dalam hubungannya dengan pengaturan atau koordinasi kegiatan produksi atau biaya-biaya untuk kegiatan umum perusahaan.
g.      Biaya variabel, semi, dan tetap. Biaya variabel adalah biaya yang secara total cenderung berubah-ubah secara proporsional sesuai dengan perubahan volume produksi sedangkan per unitnya cenderung tetap konstan. Biaya semi variabel adalah biaya yang berubah dan tidak seimbang dengan perubahan volume kegiatan. Biaya tetap adalah biaya yang secara total tidak berubah jumlahnya meskipun jumlah produksi berubah(Wauran, 2016).

C.    Biaya Overhead Pabrik
Menurut Armanto (2006) definisi biaya overhead pabrik adalah semua biaya pabrikasi selain dari bahan baku dan buruh langsung (biaya pemeliharaan, biaya penyusutan gedung, dan sebagainya). Biaya overhead pabrik diklasifikasikan menjadi tiga kelompok berdasarkan karakteristiknya dalam hubungannya dengan produksi. Tiga kelompok tersebut adalah:
a.       Biaya Overhead Variabel (Variabel Factory Overhead Cost) Total biaya overhead variabel berubah-ubah sebanding dengan unit yang diproduksi, yaitu semakin besar unit yang diproduksi, semakin tinggi total biaya variabelnya. Biaya variabel per unit konstan walaupun produksi berubah.
b.      Biaya Overhead Tetap (Fixed Factory Overhead Cost) Total biaya overhead pabrik tetap adalah konstan dalam tingkat hasil tertentu, tanpa dipengaruhi oleh adanya perubahan tingkat produksi sampai suatutingkat hasil tertentu (relevan range). Contoh biaya overhead pabrik tetap adalah sewa gedung pabrik.
c.       Biaya Overhead Semivariabel Biaya overhead semivariabel adalah biaya yang sifatnya tidak semuanya tetap dan juga tidak semuanya variabel, tetapi mempunyai karakteristik keduanya. Biaya overhead pabrik semivariabel akhirnya harus dipisahkan ke komponen biaya tetap atau biaya variabel untuk keperluan perencanaan dan pengendalian(Pelo, 2012).
D.    Tahapan Perhitungan Unit Cost Paket Pelayanan
Untuk dapat menentukan unit cost paket pelayanan kesehatan dengan menggunakan sistem ABC, sebenarnya sistem akuntansi yang tersedia saat ini di institusi pelayanan kesehatan tidak mendukung tetapi dengan melakukan modifikasi dan asumsi-asumsi maka perhitungan unit cost dengan menggunakan sistem ABC dapat dilakukan. Beberapa kesulitan dalam menerapka sistem ABC pada manajemen pelayanan kesehatan adalah begitu banyaknya jenis pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh satu institusi pelayanan kesehatan dan setiap jenis pelayanan kesehatan tersebut memiliki berbagai aktivitas. Untuk mengatasi kesulitan tersebut peranan Standar Operasional Prosedur untuk setiap jenis pelayanan yang diselenggarakan sangatlah penting. Peranan Komite Medik sangat penting dalam mengembangkan Standar Operasional Prosedur ini.
Unit cost pelayanan kesehatan yang dihasilkan merupakan salah satu aspek yang menjadi pertimbangan dalam menentukan tarif paket pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh Balai Kesehatan. Adapun tahapan perhitungan unit cost paket pelayanan tersebut adalah:
a.       identifikasi aktivitas
Yang dimaksud dengan identifikasi aktivitas pada tahap ini adalah melakukan pemetaan terhadap berbagai aktivitas yang dilaksanakan oleh Balai Kesehatan untuk menghasilkan layanan kesehatan bagi konsumen / pasien. Tahapan ini penting dilakukan karena tahapan ini akan menghasilkan informasi secara rinci mengenai berbagai proses yang terjadi di dalam Balai Kesehatan untuk menghasilkan layanan kesehatan. Berbagai proses yang teridentifikasi selanjutnya dirinci menjadi beberapa sub proses dan setiap sub proses dirinci kembali menjadi berbagai aktivitas. Identifikasi proses dilakukan mulai dari proses yang terjadi pada tingkat pimpinan sampai dengan identifikasi proses di tingkat pelayanan langsung kepada pasien, termasuk juga identifikasi pelayanan luar gedung bila memang layanan ini dilaksanakan oleh Balai Kesehatan. Setiap proses, sub proses dan aktivitas yang berhasil diidentifikasi selalui memiliki luaran yang merupakan bentuk layanan yang diterima oleh konsumen, baik konsumen internal (mereka yang bekerja di institusi pelayanan kesehatan) maupun konsumen eksternal (pasien). Luaran yang berhasil diidentifikasi ini dapat digunakan oleh pimpinan balai untuk menilai apakah luaran tersebut memiliki nilai tambah ( added value) ataupun tidak memiliki nilai tambah (non added value). Untuk luaran yang tidak memiliki nilai tambah maka pimpinan Balai Kesehatan dapat melakukan improvement sehingga mengubah luaran tersebut memiliki nilai tambah bagi konsumen.

b.      Organisasikan aktivitas ke dalam pusat biaya
Mengorganisasikan aktivitas ke dalam pusat biaya bertujuan untuk mengelompokkan seluruh aktivitas yang telah berhasil diidentifikasi berdasarkan kesamaan aktivitas sesuai klasifikasi aktivitas. Klasifikasi tersebut berdasarkan aktiitas yang langsung berkaitan dengan konsumen / pasien ( result producing acitivities), aktivitas yang mendukung aktivitas langsung pada pasien (result contributing acitivities) dan aktivitas jasa yang mendukung result producing acitivities dan result contributing acitivities. Berikut contoh tabel pengelompokkan aktivitas ke dalam pusat biaya berdasarkan kesamaan aktivitasnya.
c.       Identifikasi biaya elemen utama
Pada tahap identifikasi elemen biaya utama, setelah diidentifikasi seluruh biaya yang dikeluarkan oleh Balai Kesehatan maka dilakukan pengelompokkan biaya ke dalam 2 kelompok besar yaitu:
1.      Biaya langsung : merupakan biaya yang langsung dibebankan kepada konsumen / pasien sebagai biaya atas aktivitas yang diselenggarakan oleh Balai Kesehatan (direct tracing). Sebagai Contoh : Biaya visite dokter.
2.      Biaya tidak langsung : merupakan biaya yang tidak dapat dibebankan secara langsung kepada pasien melalui aktivitas langsung yang diterima oleh pasien.
d.      Analisis hubungan antara aktivitas dengan biaya
Tahap ini merupakan salah satu tahapan yang penting karena penilaian hubungan aktivitas dengan biaya menjadi salah satu dasar pertimbangan untuk melakukan pembebanan biaya kepada aktivitas.
e.       Identifikasi pemicu biaya
Setelah tahap analisis hubungan antara biaya dan pusat biayanya maka tahapan selanjutnya adalah mengidentifikasi pemicu biaya untuk setiap biaya yang terjadi pada setiap aktivitas yang telah berhasil diidentifikasi.

BAB III
HASIL
A.  Penerapan Tarif di Rumah Sakit Al-Khairaat
Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak administrasi Rumah Sakit Al-khairaat palu didapatkan hasil bahwa Rumah Sakit Al-Khairaat tidak menggunakan system penerapan tarif dengan metode unit cost atau penetapan biaya khusus. Melainkan hanya menggunakan system manual yang ketetapan tarifnya hanya ditentukan oleh direktur dan yayasan Rumah Sakit Al-Khairaat.
B.  Dasar Rumah Sakit Al-Khairaat menetapkan tarif
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pihak Rumah Sakit mengatakan bahwa system penetapan tarif yang dilakukan oleh rumah sakit Al-Khairat bersifat manual sehingga tidak ada perencanaan untuk penganggaran atau penetapan tarif dikarenakan sumber daya manusia yang kurang dan keaddan Rumah sakit yang masih dalam proses berkembang, pihak Rumah Sakit mengatakan bahwa system menetapan tarif ditentukan oleh direktur rumah sakit, dengan menghitung dari 100% biaya pemasukkan, dimana 60% untuk rumah sakit dan 40% untuk medis seperti dokter, perawat, bidan dan pegawai Rumah Sakit
C.  Pernahkah Rumah Sakit Al-Khairaat melakukan analisis biaya satuan
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan pihak Rumah Sakit Al-Khairaat, pihak Administrasi mengatakan bahwa Rumah Sakit Al-Khairaat belum pernah melakukan analisis biaya satuan dikarenakan rumah sakit tersebut masih dalam kategori berkembang dan masih sangat kekurangan SDM sehingga setiap keperluan yang dibutuhkan dirumah sakit sistemnya masih apa yang dibutuhkan itulah yang dianggarkan, belum ada perencanaan untuk memperhitungan pembiayayan dan penetapan tarif di Rumah Sakit tersebut.
D.  Alasan Rumah Sakit Al-Khairaat tidak menggunakan analisis biaya satuan
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan pihak Rumah Sakit Al-Khairaat, pihak Administrasi mengatakan bahwa Rumah Sakit Al-Akhirat tidak menggunakan system Unit cost dalam penetuan tarif biaya karena, beberapa kendala seperti tidak sistem SIM RS, sehingga alur proses adiministrasi Rumah sakit belum  terkordinasi dengan baik, dan masih terfokus pada pebaikan administrasi serta Sumber Daya Manusia yang masih kurang sehingga banyak pegawai yang merangkap jabatan di Rumah Sakit sehingga belum terfokus pada sistem unit cost selain itu pihak Rumah Sakit juga mengatakan bahwa mereka belum melakukan unit cost karna masih sering terjadi kekurangan dana sehingga mereka belum bisa menentukan penetapan tarif. Akan tetapi pihak Rumah Sakit sendiri juga berkeinginan melakukan penetapan tarif jika Rumah Sakit tersebut sudah lebih maju lagi dan tidak kekurangan sumber daya manusia.

BAB IV
PENUTUP
A.  Kesimpulan
1.    Rumah Sakit Al-khairaat palu didapatkan hasil bahwa rumahsakit Al-Khairaat tidak menggunakan system penerapan tarif dengan metode unit cost atau penetapan biaya khusus melainkan hanya menggunakan system manual yang ketetapan tarifnya hanya ditentukan oleh direktur dan yayasan rumah sakit Al-Khairaat.
2.    pihak Rumah Sakit mengatakan bahwa system menetapan tarif ditentukan oleh direktur rumah sakit, dengan menghitung dari 100% biaya pemasukkan, dimana 60% untuk rumah sakit dan 40% untuk medis seperti dokter, perawat, bidan dll
3.    Selama Berdiri Rumah Sakit Al-Khairaat belum pernah melakukan analisis biaya satuan, karena penetapan tarifnya berdasarkan penetapan direktur dan yayasan
4.    Rumah Sakit Al-Akhirat tidak menggunakan system Unit cost dalam penentuan tarif biaya karena, beberapa hal seperti Tidak sistem SIM RS, sehingga alur proses adiministrasi Rumah sakit belum  terkordinasi dengan baik, dan masih terfokus pada pebaikan administrasi serta Sumber daya Manusia yang masih kurang di Rumah Sakit, dan belum terfokus pada unit cost.
B.  Saran
Sebaiknya Pihak Rumah Sakit Al-Khairaat kedepannya menggunakan system unit cost agar lebih mudah menentukan penetapan pembiayaan Rumah Sakit  tersebut selain itu Rumah Sakit juga juga lebih memperhatikan penambahan sumber daya manusianya agar system manajemen administrasinya lebih terorganisir.

DAFTAR PUSTAKA
Damayanti, Thalisah 2017, “Analisis Unit Cost  Sectio Caesaria dengan Metode Activity Based Costing di Rumah Sakit Bhayangkara Yogyakarta”, Jurnal Medicoeticolegal dan Manajemen Rumah Sakit, Vol. 6, No.1, Hal. 16-23
Kenneth C. Laudon 2008, Sistem Informasi Manajemen Edisi 10 Buku 2
Mulyadi 2007, Activity Based Costing System. Sistem Informasi Biaya untuk Pemberdayaan Karyawan, Pengurangan Biaya dan Penentuan Secara Akurat Kos Produk dan Jasa. Edis6 Cetakan 2. Universitas Gadjah Mada
Ririn dkk 2013, “Analisis Biaya Satuan (Unit Cost) Perjenis Tindakan Berdasarkan Relative Value Unit (RVU) Pada Bagian Persalinan RSUD Ajangapange Kabupaten Soppeng Tahun 2011”, Jurnal AKK, Vol. 2, No. 1, Hal 35-41

Posting Komentar

0 Komentar