A. Epidemiologi
Diabetes Melitus (DM)
1.
Distribusi dan besarnya masalah DM
Riskesdas
tahun 2007 yang hanya memeriksa penduduk di daerah perkotaan mendapatkan di
antara responden yang diperiksa gula darahnya 5,7% menderita diabetes mellitus.
Dari yang terdeteksi hanya 26,3% yang telah terdiagnosis sebelumnya dan 73,7%
tidak terdiagnosis sebelumnya. Sedangkan pada Riskesdas 2013 , dari 6,9%
penderita diabetes mellitus yang didapatkan, 30,4% yang telah terdiagnosis
sebelumnya dan 59,6% tidak terdiagnosis sebelumnya. Meskipun terjadi
peningkatan proporsi penderita diabetes mellitus yang terdiagnosis namun
proporsi yang tidak terdiagnosis sebelumnya masih besar. Dapat diperkirakan
bahwa terdapat sejumlah lebih dari 8 juta penderita diabetes mellitus yang
belum terdeteksi.
2.
Klasifikasi DM
Berikut data klasifikasi diabetes
mellitus yang dikeluarkan oleh Perkumpulan Endokrinologi Indonesia atau
PERKENI:
a.
Diabetes Mellitus tipe 1
Adalah jenis penyakit diabetes
mellitus yang diakibatkan oleh kerusakan sel penghasil insulin pada pankreas.
Kerusakan ini pada umumnya menjurus ke arah kekurangan insulin mutlak atau
absolut yang disebabkan oleh idiopatik dan auto imun.
b.
Diabetes Mellitus tipe 2
Penyakit diabetes mellitus tipe 2 ini
penyebabnya tidak hanya satu. Salah satunya terutama adalah akibat resistensi
insulin yaitu banyaknya jumlah insulin tapi tidak dapat berfungsi. Bisa juga
karena kekurangan insulin atau karena gangguan sekresi atau produksi insulin.
c.
Diabetes Mellitus Gestasional
Diabetes Mellitus Gestasional ini
adalah kondisi diabetes yang bersifat temporer atau sementara. Kondisi ini
biasanya dialami oleh para wanita yang sedang dalam kondisi kehamilan.
d.
Diabetes Mellitus tipe lain yang disebabkan oleh bermacam mis defek
atau cacat genetik. Seperti cacat genetik fungsi sel pada pankreas, cacat
genetik kerja insulin, infeksi, pankreatitis, dan pengaruh obat atau bahan
kimia.
3.
Faktor risiko DM
Factor risiko diabetes mellitus
dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
a.
Faktor risiko yang dapat diubah
Faktor
risiko yang dapat diubah ini sangat erat kaitannya dengan perilaku hidup yang
kurang sehat, yaitu berat badan lebih, obesitas abdominal/sentral, kurangnya
aktivitas fisik, hipertensi, dyslipidemia, diet tidak sehat/tidak seimbang,
riwayat Toleransi Gula Terganggu (TGT), atau Gula Darah Pusat terganggu (GDP
terganggu), dan merokok
b.
Faktor risiko yang tidak dapat diubah
Faktor
risiko yang tidak dapat diubah adalah ras dan etnik, jenis kelamin, umur,
riwayat keluarga dengan diabetes mellitus, riwayat melahirkan bayi dengan berat
badan lebih 4000 gram, dan riwayat melahirkan bayi dengan berat badan lahir
rendah kurang dari 2500 gram
4.
Patofisiologi DM
a.
Diabetes Melitus Tipe I
1)
Pada diabetes mellitus tipe I terdapat
ketidakmampuan untuk memproduksi insulin karena sel-sel beta pankreas telah
dihancurkan oleh proses autoimun
2)
Hiperglikemi puasa terjadi akibat
produksi glukosa yang tidak terukur oleh hati. Di samping itu glukosa yang
berasal dari makanan tidak dapat
disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan
hiperglikemia posprandial (sesudah makan)
3)
Jika konsentrasi glukosa dalam darah
cukup tinggi maka ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang
tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urin (glukosuria)
4)
Ketika glukosa yang berlebihan di
ekskresikan ke dalam urin, ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan
elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis osmotic
5)
Sebagai akibat dari kehilangan cairan
berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan
rasa haus (polidipsia)
6)
Defisiensi insulin juga akan mengganggu
metabolisme protein dan lemak yang menyebabkan penurunan berat badan.
7)
Pasien dapat mengalami peningkatan
selera makan (polifagia) akibat menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya
mencakup kelelahan dan kelemahan
8)
Dalam keadaan normal insulin
mengendalikan glikogenolisis (pemecahan glukosa yang disimpan) dan
gluconeogenesis (pembentukan glukosa baru dari asam-asam amino dan substansi
lain), namun pada penderita defisiensi insulin, proses ini akan terjadi tanpa
hambatan dan lebih lanjut akan turut menimbulkan hiperglikemia.
9)
Disamping itu akan terjadi pemecahan
lemak yang mengakibatkan meningkatnya produsi badan keton yang merupakan produk
samping pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam yang mengganggu
keseimbangan asam dan basa tubuh apabila jumlahnya berlebihan
10) Ketoasidosis
yang diakibatkannya dapat menyebabkan tanda-tanda dan gejala seperti nyeri
abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, nafas berbau aseton dan bila tidak
ditangani akan menimbulkan perubahan kesadaran, koma bahkan kematian.
11) Pemberian
insulin bersama cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan akan memperbaiki dengan
cepat kelainan metabolic tersebut dan mengatasi gejala hiperglikemi serta
ketoasidosis
12) Diet
dan latihan disertai pemantauan kadar gula darah yang sering merupakan komponen
terapi yang penting
b.
Diabetes Melitus Tipe II
1)
Pada diabetes tipe II terdapat dua
masalah utama yang berhubungan dengan insulin yaitu resistensi dan gangguan
sekresi insulin
2)
Normalnya insulin akan terikat dengan
reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan
reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di
dalam sel.
3)
Resistensi insulin pada diabetes tipe II
disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi
tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.
4)
Untuk mengatasi resistensi insulin dan
untuk mencegah terbentuknya glukosa dalam darah, harus terdapat peningkatan
jumlah insulin yang diekskresikan.
5)
Pada penderita toleransi glukosa
terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar
glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat
6)
Namun demikian, jika sel-sel beta tidak
mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan
meningkat dan terjadi diabetes tipe II
7)
Meskipun terjadi gangguan sekresi
insulin yang merupakan ciri khas DM tipe II, namun masih terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat untuk
mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton yang menyertainya
8)
Karena itu ketoasidosis diabetik tidak
terjadi pada diabetes tipe II. Meskipun demikian, diabetes tipe II yang tidak
terkontrol dapat menimbulkan masalah akut lainnya yang dinamakan sindrom
hiperglikemik hiperosmoler nonketoik (HHNK)
9)
Diabetes tipe II paling sering
terjadi pada penderita diabetes yang
berusia lebih dari 30 tahun dan obesitas. Akibat intoleransi glukosa yang
berlangsung lambat (selama bertahun-tahun) dan progresif, maka awitan diabetes
tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi
10) Jika
gejalanya dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan dan dapat
mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsi, luka pada kulit yang
lama sembuh, infeksi vagina atau pandangan kabur (apabila kadar glukosanya
sangat tinggi)
5.
Tahap pencegahan DM
a.
Pencegahan Tingkat Dasar
Pencegahan
tingkat dasar (primordial prevention) adalah usaha mencegah terjadinya resiko
atau mempertahankan keadaan resiko rendah dalam masyarakat terhadap penyakit
secara umum. Pencegahan ini meliputi usaha memelihara dan mempertahankan
kebiasaan atau perilaku hidup yang sudah ada dalam masyarakat yang dapat
mencegah resiko terhadap penyakit dengan melestarikan perilaku atau kebutuhan
hidup sehat yang dapat mencegah atau mengurangi tingkat resiko terhadap suatu
penyakit tertentu atau terhadap berbagai penyakit secara umum.
Umpamanya memelihara cara masyarakat pedesaan yang kurang mengonsumsi lemak hewani dan banyak mengonsumsi sayuran, kebiasaan berolahraga dan kebiasaan lainnya dalam usaha mempertahankan tingkat resiko yang rendah terhadap penyakit.
Umpamanya memelihara cara masyarakat pedesaan yang kurang mengonsumsi lemak hewani dan banyak mengonsumsi sayuran, kebiasaan berolahraga dan kebiasaan lainnya dalam usaha mempertahankan tingkat resiko yang rendah terhadap penyakit.
Bentuk
lain dari pencegahan ini adalah usaha mencegah timbulnya kebiasaan baru dalam
masyarakat atau mencegah generasi yang sedang bertumbuh untuk tidak meniru atau
melakukan kebiasaan hidup yang dapat menimbulkan resiko terhadap beberapa
penyakit. Sasaran pencegahan tingkat dasar ini terutama pada kelompok
masyarakat berusia muda dan remaja dengan tidak mengabaikan orang dewasa dan
kelompok manula.
b.
Pencegahan Tingkat Pertama.
Pencegahan
tingkat pertama (primary prevention) adalah upaya mencegah agar tidak timbul
penyakit diabetes mellitus. Faktor yang berpengaruh pada terjadinya diabetes
adalah faktor keturunan, faktor kegiatan jasmani yang kurang,
faktor kegemukan, faktor nutrisi berlebih, faktor hormon, dan faktor
lain seperti obat-obatan. Faktor keturunan jelas berpengaruh
pada terjadinya diabetes mellitus. Keturunan orang yang mengidap
diabetes (apalagi kalau kedua orangtuanya mengidap diabetes,
jelas lebih besar kemungkinannya untuk mengidap diabetes daripada
orang normal). Demikian pula saudara kembar identik pengidap diabetes
hampir 100% dapat dipastikan akan juga mengidap diabetes pada nantinya.
Faktor
keturunan merupakan faktor yang tidak dapat diubah, tetapi faktor lingkungan
(kegemukan, kegiatan jasmani kurang, nutrisi berlebih) merupakan faktor yang dapat
diubah dan diperbaiki. Usaha pencegahan ini dilakukan menyeluruh
pada masyarakat tapi diutamakan dan ditekankan untuk dilaksanakan dengan
baik pada mereka yang beresiko tinggi untuk kemudian mengidap diabetes.
Orang-orang yang mempunyai resiko tinggi untuk mengidap diabetes adalah
orang-orang yang pernah terganggu toleransi glukosanya, yang mengalami
perubahan perilaku/gaya hidup ke arah kegiatan jasmani yang kurang, yang juga
mengidap penyakit yang sering timbul bersamaan dengan diabetes, seperti tekanan
darah tinggi dan kegemukan.
Tindakan
yang dilakukan untuk pencegahan primer meliputi penyuluhan mengenai perlunya
pengaturan gaya hidup sehat sedini mungkin dengan cara memberikan pedoman:
1)
Mempertahankan perilaku makan seharihari
yang sehat dan seimbang dengan
meningkatkan konsumsi sayuran dan buah, membatasi makanan tinggi lemak
dan karbohidrat sederhana.
meningkatkan konsumsi sayuran dan buah, membatasi makanan tinggi lemak
dan karbohidrat sederhana.
2)
Mempertahankan berat badan normal sesuai
dengan umur dan tinggi badan.
3)
Melakukan kegiatan jasmani yang cukup
sesuai dengan umur dan kemampuan.
c.
Pencegahan Tingkat Kedua
Sasaran
utama pada mereka yang baru terkena penyakit atau yang terancam
akan menderita penyakit tertentu melalui diagnosa dini serta pemberian pengobatan
yang cepat dan tepat.Salah satu kegiatan pencegahan tingkat kedua adanya penemuan penderita secara aktif pada tahap dini. Kegiatan ini meliputi pemeriksaan berkala, penyaringan (screening) yakni pencarian penderita dini untuk penyakit yang secara klinis belum tampak pada penduduk secara umum pada kelompok resiko tinggi dan pemeriksaan kesehatan atau keterangan sehat.
akan menderita penyakit tertentu melalui diagnosa dini serta pemberian pengobatan
yang cepat dan tepat.Salah satu kegiatan pencegahan tingkat kedua adanya penemuan penderita secara aktif pada tahap dini. Kegiatan ini meliputi pemeriksaan berkala, penyaringan (screening) yakni pencarian penderita dini untuk penyakit yang secara klinis belum tampak pada penduduk secara umum pada kelompok resiko tinggi dan pemeriksaan kesehatan atau keterangan sehat.
Upaya
pencegahan tingkat kedua pada penyakit diabetes adalah dimulai dengan
mendeteksi dini pengidap diabetes. Karena itu dianjurkan untuk pada setiap
kesempatan, terutama untuk mereka yang beresiko tinggi agar dilakukan
pemeriksaan penyaringan glukosa darah. Dengan demikian, mereka yang memiliki
resiko tinggi diabetes dapat terjaring untuk diperiksa dan kemudian yang
dicurigai diabetes akan dapat ditindaklanjuti, sampai diyakinkan benar mereka
mengidap diabetes. Bagi mereka dapat ditegakkan diagnosis dini diabetes
kemudian dapat dikelola dengan baik, guna mencegah penyulit lebih lanjut.
d.
Pencegahan Tingkat Ketiga
Pencegahan
tingkat ketiga (tertiary prevention) merupakan pencegahan dengan sasaran
utamanya adalah penderita penyakit tertentu, dalam usaha mencegah bertambah
beratnya penyakit atau mencegah terjadinya cacat serta program rehabilitasi.
Tujuan utama adalah mencegah proses penyakit lebih lanjut, seperti perawatan
dan pengobatan khusus pada penderita diabetes mellitus, tekanan darah tinggi,
gangguan saraf serta mencegah terjadinya cacat maupun kematian karena penyebab
tertentu, serta usaha rehabilitas.
Upaya
ini dilakukan untuk mencegah lebih lanjut terjadinya kecacatan kalau penyulit
sudah terjadi. Kecacatan yang mungkin timbul akibat penyulit diabetes
ada beberapa macam, yaitu:
1) Pembuluh
darah otak, terjadi stroke dan segala gejala sisanya.
2) Pembuluh
darah mata, terjadi kebutaan.
3) Pembuluh
darah ginjal, gagal ginjal kronik yang memerlukan tindakan cuci darah.
4) Pembuluh
darah tungkai bawah, dilakukan amputasi tungkai bawah. Untuk mencegah
terjadinya kecacatan, tentu saja harus dimulai dengan deteksi dini penyulit
diabetes, agar kemudian penyulit dapat dikelola dengan baik di samping
tentu saja pengelolaan untuk mengendalikan kadar glukosa darah.
Pemeriksaan
pemantauan yang diperlukan untuk penyulit ini meliputi beberapa jenis
pemeriksaan, yaitu:
1) Mata,
pemeriksaan mata secara berkala setiap 6-12 bulan.
2) Paru,
pemeriksaan berkala foto dada setiap 1-2 tahun atau kalau ada keluhan
batuk kronik.
batuk kronik.
3) Jantung,
pemeriksaan berkala urin untuk mendeteksi adanya protein dalam urin.
4) Kaki,
pemeriksaan kaki secara berkala dan penyuluhan mengenai cara perawatan kaki
yang sebaik-baiknya untuk mencegah kemungkinan timbulnya kaki diabetik dan
kecacatan yang mungkin ditimbulkannya.
A. Pilihan
Ganda
1.
DM yang telah terjadi sebelum hamil
dinamakan….
a. DM
gestational
b.
DM
pragstasi
c. Diabetes
mellitus
d. Mitokondria
2.
DM yang diketahui pada waktu hamil
disebut….
a. Diabetes
mellitus
b. Mitokondria
c.
DM
Gestational
d. DM
Pragstasi
3.
Berbagai mutasi yang menyebabkan DM telah dapat diidentifikasi. Yang merupakan
mutasi ….
a.
Mutasi
kasual
b. Mutasi
exal
c. Mutasi
endoksal
d. OXPHOS
4.
Prevalensi mutasi tersebut biasanya akan
meningkat jumlahnya bila penderita DM menderita penyakit, di bawah ini….
a.
Kelainan
pankreas
b. Pusing
c. Muntah-muntah
d. Wanita
kurus
5.
Dalam kehamilan, diabetes mellitus dapat
menyebabkan resiko sebagai berikut….
a. Inersia
uteri
b. Atonia
uteri
c. Distisia
bahu
d.
Abortus
dan partus premataurus
6.
Pengaruh diabetes mellitus dalam
persalinan dapat menyebabkan….
a.
Distosia
bahu karna anak besar
b. Preeklampsi
c. Abortus
dan partus prematurus
d. Hidramnion
7.
Pengaruh diabetes mellitus pada bayi
adalah….
a.
Cacat
bawaan
b. Sesak
nafas
c. Insufisensi
plasenta
d. infeksi
8.
Apakah pengertian diabetes mellitus
menurut anda….
a. Kelainan
metabolisme glukoslukosa, dimana glukosa darah tidak dapat digunakan dengan
baik
b. Kelainan
glukosa yang menyebabkan hiperbilirubin
c. Suatu
keadaan dimana tubuh mengalami kelainan metabolisme
d.
Kelainan
metabolisme karbohidrat, dimana glukosa darah tidak dapat berfungsi dengan
baik, sehingga menyebabkan hiperglikemia.
9.
Dibawah ini yang tidak menjadi pemicu
resiko DM menjadi bertambah tinggi adalah….
a. Minum
soda dalam keadaan perut kosong
b. Minum
sirup dengan keadaan fruktosa tinggi
c. Pemanis
buatan yang terdapat pada minuman
d.
Menggunakan
gula rendah kalori
10. Dibawah
ini yang termasuk tanda gejala DM kecuali …..
a. Banyak
berkemih
b.
Sering
melamun
c. Banyak
minum
d. Banyak
makan
B. Essay
1.
Bagaimana seseorang dikatakan menderita
penyakit diabetes?
Seseorang diagnosis menderita
diabetes jika kandungan gula darah di dalam tubuhnya berada di luar batas
normal. Normalnya, kadar gula darah pada waktu puasa tidak lebih dari 110
mg/dL dan dua jam setelah makan di bawah 140 mg/dL makanya, penyakit ini lantas
dikenal dengan sebutan diabetes mellitus. Mellitus berasal dari bahasa latin
yang berarti madu.
2.
Bagaimana gejala yang dialami penderita
diabetes?
a) Gejala yang paling terlihat, si
penyandang tiba-tiba mengalami penurunan berat badan dalam waktu yang relatif
singkat.
b) Gejala yang khas adalah sering
bolak-balik ke belakang. Ini akibat pada gula yang tinggi sehingga bocor
ke air kencing. Sudah sifatnya, gula menarik air, jadi tak heran kalau
kantung kencingnya menjadi cepat penuh. Itu juga melatar belakangi
penyakit diabet disebut kencing manis karena urine yang dikeluarkan mengandung
gula.
c) Akibat lain, si penyandang sering
merasa haus sebagai dampak dari air yang terus-menerus dikeluarkan.
d) Sering merasa lapar. Kadar
glukosa yang tidak dapat masuk ke dalam sel menyebabkan rasa lapar pada
penderita. Maka keinginann makan-pun meningkat. Apesnya, kebanyakan
makan justru akan menaikan kadar gula.
e) Keluhan lain yang sering timbul, si
penyandang mengalami penurunan berat badan dalam waktu relatif singkat tanpa
penyebab yang jelas.
f) Lemah, lesu, dan cepat capek.
Penyebabnya, glukosa darah tidak dapat masuk ke dalam sel. Akibatnya, sel
kekurangan bahan bakar untuk menghasilkan tenaga. Jadi, tenaga terpaksa
diambil dari cadangan lemak dan otot. Jadi, berat badan pun makin
menurun.
3.
Bagaimana
gejela penderita diabetes mellitus yang sudah kronis?
Yang
sudah kronis mengalami gejala yang lebih rumit yakni:
a) Gangguan penglihatan
b) Sering kesemutan, biasanya pada kaki
c) Bisulan
d) Gangguan ereksi /disfungsi seksual,
biasanya terjadi pada penderita laki-laki.
4.
Siapa yang berisiko terkena diabetes?
Setiap orang berisiko terkena
diabetes, baik laki-laki maupun perempuan. Namun risiko tersebut dibagi
dalam 2 kategori. “Yakni risiko yang dapat dikendalikan dan yang tidak bisa
dikendalikan.” terang perempuan kelahiran Yogyakarta, 40 tahun lalu ini. Risiko
tersebut ditentukan antara lain oleh uisa. “Usia diatas 45 tahun memiliko
risiko lebih besar,” tambah dokter lulusan spesialis Gizi ICU (Intesive Care
Unit) Universitas Indonesia ini. Faktor lain yang menentukan risiko tadi adalah
faktor keturunan. Jika dalam keluarga ada yang memiliki riwayat pengidap
diabetes mellitus, sebaiknya berhati-hati.
Sementara faktor yang bisa
dikendalikan meliputi kondisi berat badan, kesehatan, dan riwayat keguguran
berulang (tanpa disengaja). Pemilik tubuh gemuk, memiliki risiko terkena
diabet 10 – 30 kali lipat orang dengan berat badan normal.
5.
Apakah
anak-anak bisa menderita diabetes?
Anak-anak bisa menderita diabetes,
tidak ada batasan usia. Secara garis besar, ada 2 dasar penyebab.
Pertama, autoimun. Disebabkan peradangan pada sel beta di pankreas yang
menyebabkan timbulnya antibodi terhadap sel beta. Reaksi ini
mengakibatkan hancurnya sel beta. Dengan begitu produk insulin
terganggu. Nah, hormon insulin inilah yang mengatur kadar gula pada
tubuh. Penyebab kedua, idiopatik, yakni tidak diketahui penyebabnya.
0 Komentar