Iklan atas - New

Epidemiologi Lansia


A.      Epidemiologi Lansia
1.         Pengertian lansia
Berikut ini beberapa pengertian lansia menurut para ahli:
a)        Menurut Smith (1999): Lansia terbagi menjadi tiga, yaitu: young old (65-74 tahun); middle old (75-84 tahun); dan old old (lebih dari 85 tahun).
b)        Menurut Setyonegoro: Lansia adalah orang yang berusia lebih dari 65 tahun. Selanjutnya terbagi ke dalam 70-75 tahun (young old); 75-80 tahun (old); dan lebih dari 80 tahun (very old).
c)        Menurut UU No. 13 Tahun 1998: Lansia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas.
d)       Menurut WHO: Lansia adalah pria dan wanita yang telah mencapai usia 60-74 tahun.
e)        Menurut Sumiati AM: Seseorang dikatakan masuk usia lansia jika usianya telah mencapai 65 tahun ke atas.
2.         Karakteristik lansia
Menurut Bustan (2007) ada beberapa karakterisktik lansia yang perlu diketahui untuk mengetahui keberadaan masalah kesehatan lansia yaitu:
1)        Jenis Kelamin
Lansia lebih banyak wanita dari pada pria.
2)        Status Perkawinan
Status pasangan masih lengkap dengan tidak lengkap akan mempengaruhi keadaan kesehatan lansia baik fisik maupun psikologi.
3)        Living Arrangement
Keadaan pasangan, tinggal sendiri, bersama istri atau suami, tinggal bersama anak atau keluarga lainnya.
3.         Perubahan pada proses menua
Proses menua pada hakikatnya akan menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan biologis pada lansia. Perubahan-perubahan ini tidak hanya dialami oleh lansia dengan kondisi sakit tetapi juga lansia yang diketahui sebagai lansia sehat. Hadi-Martono dalam Boedhi-Darmojo (2009) menjabarkan aspek-aspek fisiologik dan patologik akibat proses menua sebagai berikut:
a)        System panca-indra
Perubahan morfologik pada mata, telinga, hidung, syaraf perasa di lidah dan di kulit terjadi sebagai salah satu bentuk perubahan yang bersifat degenerative pada anatomic fungsional. Perubahan ini mengakibatkan penurunan fungsi pada organ. Pada keadaan ekstrim dapat bersifat patologik. Contohnya adalah: ektropion atau entropion, ulkus kornea, glaucoma, katarak, tuli konduktif dan sindroma Meniere (gangguan keseimbangan).
b)        System gastrointestinal
Mulai dari gigi sampai anus terjadi perubahan morfologik, antara lain: atrophy pada mukosa, kelenjar dan otot pencernaan sehingga menyebabkan perubahan fungsional ataupun patologik (gangguan mengunyah, gangguan menelan, perubahan nafsu makan dan penyakit yang berhubungan dengan GIT).
c)        System kardiovaskuler
Seiring dengan bertumbuhnya usia, otot jantung akan mengalami penurunan kekuatan kontraksi, kecepatan kontraksi dan jumlah isi sekuncup akan menurun pula. Selain itu, terjadi pula penurunan kemampuan untuk meningkatkan kekuatan curah jantung pada saat-saat tertentu dimana tubuh membutuhkannya (saat latihan atau beraktivitas) sehingga apabila gejala angina timbul pada usia lanjut ketika melakukan latihan atau aktivitas ringan, hal ini sudah menandakan terjadinya penyakit koroner yang berat.
d)       System respirasi
Ketika seseorang mencapai usia 20-25 tahun, system respirasi dalam tubuhnya telah mencapai kematangan pertumbuhan dan kemudian akan menurun lagi fungsinya. Terjadi penurunan gerak silia di dinding sistem respirasi sehingga terjadi penurunan reflex batuk dan reflex fisiologik lainnya yang dapat menyebabkan peningkatan terjadinya infeksi akut pada saluran napas bawah. Elastisitas paru menurun, kekakuan dinding dada meningkat, kekuatan otot dada menurun sehingga berakibat menurunnya rasio ventilasi-perfusi dibagian paru yang tidak bebas dan pelebaran gradient alveolar arteri untuk oksigen. Keadaan ini tidak boleh disalahartikan sebagai adanya penyakit paru. Pada lansia sehat PaO2 dapatdihitung dengan menggunakan rumus:
PaO2 = 109 – 0,43 (umur) + 4
e)        System endokrinologik
Perubahan pada system endokrinologik yang umum terjadi mempengaruhi metabolisme karbohidrat, perubahan fungsi kelenjar tiroid dan terjadinya osteoporosis (akibat hormon esterogen khususnya pada wanita). Sekitar 50% lansia menunjukkan intoleransi glukosa dengan kadar gula puasa yang normal. Insidens hipertiroid tinggi pada usia lanjut dan sekitar 75% diantaranya mempunyai tanda dan gejala klasik dan sisanya menunjukkan ‘apathetic thyrotoxicosis’. Hipotiroid merupakan penyakit utama yang terjadi antara usia 50-70 tahun, gejalanya sering tidak mencolok sehingga sering tidak terdiagnosis. Osteoporosis umumnya terjadi pada wanita setelah mengalami menopause dan dapat pula meningkat insidensinya pada pria apabila terdapat faktor-faktor inaktivitas, asupan kalsium kurang, pembuatan vitamin D melalui kulit yang menurun dan juga faktor hormonal.
f)         System hematologic
Pola pertumbuhan sel darah dan sel darah putih pada lansia tidak mengalami perubahan tetapi susmsum tulang mengandung lebih sedikit sel hemopoetik dengan respons terhadap stimuli buatan agak menurun. Respons regenerative terhadap hilang darah atau terapi anemia pernisiosa menurun.
g)        System persendian
Pada synovial sendi terjadi perubahan bentuk tidak ratanya permukaan sendi, fibrilasi dan pembentukan celah dan lekukan dipermukaan tulang rawan. Erosi tulang rawan hialin menyebabkan eburnasi tulang dan pembentukan kista dirongga sub-kondural dan sumsum tulang. Keadaan tersebut belum bisa dikatakan sebagai keadaan patologik, akan tetapi, apabila disertai dengan stress tambahan seperti trauma atau terjadi pada sendi penanggung beban (lutut, tulang belakang) keadaan tersebut disebut patologik.
h)        System urogenital dan tekanan darah
Pada ginjal terjadi penebalan kapsula Bowman dan gangguan permeabilitas terhadap solute yang akan diabsorbsi. Terdapat penurunan jumlah nefron (sampai dengan 50%) dan atrophy. Aliran darah di ginjal menurun sampai 50% (usia 75 tahun) dibanding usia muda. Fungsi ginjal ketika sedang beristirahat tidak mengalami perubahan akan tetapi ginjal sudah tidak mampu untuk mengatasi peningkatan kebutuhan apabila terjadi stress fisik (latihan berat, gagal jantung) dan dapat mengalami gagal ginjal.
Pada usia lanjut nilai Kreatinin tidak lagi menggambarkan keadaan fungsi ginjal oleh karena perubahan jumlah protein dan massa otot dalam tubuh. Oleh karena itu penilaian bersihan Kreatinin (Creatinine Clearance) pada lansia sebaiknya menggunakan rumus Cockroft-Gault:
CCr= (140)x Berat badan (Kg)
                  72 x serum kreatinin
Pada wanita dikoreksi dengan 0.85 (ml/mnt)
Pada umumnya pembuluh darah pada usia lanjut sudah mengalami berbagai perubahan. Terjadi penebalan pada intima (akibat ateroskeloris) dan tunika medika (akibat proses menua) sehingga mengakibatkan peningkatan kelenturan pembuluh darah tepi dan menyebabkan peningkatan tekanan darah terutama sistolik. Tekanan darah diastolic juga sering mengalami peningkatan yang disebabkan oleh berbagai macam faktor termasuk genetik.
i)          Infeksi dan imunologi
Pada lansia kelenjar timus sudah mengalami perubahan (resorbsi) akan tetapi jumlah sel T dan B tidak mengalami perubahan. Terjadi peningkatan pembentukan auto-antibody sehingga insidensi penyakit auto-imun meningkat. Pengenalan dan penyerangan terhadap sel-sel tumor juga menurun sehingga menyebabkan insidensi penyakit neoplasma meningkat. Selain itu, respons makrofag terhadap benda asing di sel mukosa, sel kulit, silia disistem respirasi serta pembentukan protein fase akut menurun sehingga meningkatkan faktor predisposisi terhadap terjadinya infeksi. Terjadi nya infeksi pada lansia dengan kekuatan imunologi yang rendah merupakan suatu ancaman kesehatan yang berat dan dapat mengakibatkan kematian.
j)          System syaraf pusat dan otonom
Berat otak akan menurun sebanyak 10% pada penuaan antara 30-70 tahun. Terjadi penebalan meningen, giri dan sulci otak berkurang kedalamnya namun tidak menyebabkan gangguan patologik yang berarti. Terdapat deposit lipofusin pada semua sitoplasma sel. Terjadinya degenerasi pigmen substantia nigra, kekusutan neurofibriler dan pembentukan badan-badan Hirano merupakan perubahan yang bersifat patologik dan terjadi pada insiden patologik sindroma Parkinson dan Dementia tipe Alzheimer.
Penebalan pada tunika intima dan medika juga mengakibatkan ter-jadinya gangguan vaskularisasi otak yang berakibat terjadinya TIA, stroke dan dementia vaskuler. Vaskularisasi yang menurun pada daerah hipothalamus menyebabkan terjadinya gangguan syaraf otonom yang mungkin juga disebabkan oleh berkurangnya jumlah neurotransmiter. Perubahan patologik pada jaringan syaraf sering menyertai berbagai penyakit metabolic yang juga mengakibatkan gangguan pada susunan syaraf tepi.
k)        System kulit dan integument
Pada lansia akan terjadi atrophy pada epidermis, kelenjar keringat, folikel rambut dan perubahan pigmentasi dengan akibat penipisan kulit, perubahan warna (pigmentasi tidak merata). Kuku menipis dan mudah patah, rambut rontok sampai terjadi kebotakan. Lemak subkutan berkurang menyebabkan berkurang-nya bantalan kulit sehingga daya tahan terhadap tekanan dan perubahan suhu tubuh berkurang dan meningkatkan resiko infeksi pada lansia.
l)          Otot dan tulang
Atrophy otot pada lansia sering terjadi akibat gangguan metabolic, denervasi syaraf dan penurunan aktivitas fisik. Dengan bertambahnya usia, proses berpasangan penulangan (coupling) yaitu perusakan dan pembentukan tulang melambat. Hal ini bisa disebabkan oleh inaktivitas maupun perubahan kadar hormon (esterogen, parathormon dan kalsitonin) dan vitamin D. Tulang-tulang terutama bagian trabekular menjadi lebih berongga sehingga meningkatkan resiko patah tulang.
4.         Masalah kesehatan dan penyakit pada lansia
Masalah-masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia berbeda dari orang dewasa, yang sering disebut dengan sindroma geriatri yaitu kumpulan gejala-gejala mengenai kesehatan yang sering dikeluhkan oleh para lanjut usia dan atau keluarganya (istilah 14 I), yaitu :
a)        Immobility (kurang bergerak)
1)        Keadaan tidak bergerak/tirah baring selama 3 hari atau lebih.
2)        Penyebab utama imobilisasi adalah adanya rasa nyeri, lemah, kekakuan otot, ketidak seimbangan,masalah psikologis, depresi atau demensia.
3)        Komplikasi yang timbul adalah luka di bagian yang mengalami penekanan terus menerus timbul lecet bahkan infeksi, kelemahan otot, kontraktur/kekakuan otot dan sendi, infeksi paru-paru dan saluran kemih, konstipasi dan lain-lain.
4)        Penanganan : latihan fisik, perubahan posisi secara teratur, menggunakan kasur anti dekubitus, monitor asupan cairan dan makanan yang berserat.
b)        Instability (Instabilitas dan Jatuh)
1)        Penyebab jatuh misalnya kecelakaan seperti terpeleset, sinkop/kehilangan kesadaran mendadak, dizzines/vertigo, hipotensi orthostatik, proses penyakit dan lain-lain.
2)        Dipengaruhi oleh faktor intrinsik (faktor risiko yang ada pada pasien misalnya kekakuan sendi, kelemahan otot, gangguan pendengaran,penglihatan, gangguan keseimbangan, penyakit misalnya hipertensi, DM, jantung,dll ) dan faktor risiko ekstrinsik (faktor yang terdapat di lingkungan misalnya alas kaki tidak sesuai, lantai licin, jalan tidak rata, penerangan kurang, benda-benda dilantai yang membuat terpeleset dll).
3)        Akibat yang ditimbulkan akibat jatuh berupa cedera kepala, cedera jaringan lunak, sampai patah tulang yang bisa menimbulkan imobilisasi.
c)        Incontinence Urin dan Alvi (Beser BAB dan BAK)
1)        Inkontinensia urin didefinisikan sebagai keluarnya urin yang tidak dikehendaki dalam jumlah dan frekuensi tertentu sehingga menimbulkan masalah sosial dan atau kesehatan.
2)        Inkontinensia urin akut terjadi secara mendadak dapat diobati bila penyakit yang mendasarinya diatasi misalnya infeksisaluran kemih, gangguan kesadaran, obat-obatan, masalah psikologik dan skibala.
3)        Inkontinesia urin yang menetap di bedakan atas: tipe urgensi yaitu keinginan berkemih yang tidak bisa ditahan penyebanya  overaktifitas/kerja otot detrusor karena hilangnya kontrol neurologis, terapi dengan obat-obatan antimuskarinik prognosis baik, tipe stres kerena kegagalan mekanisme sfingter/katup saluran kencing untuk menutup ketika ada peningkatan tekanan intra abdomen mendadak seperti bersin, batuk, tertawa terapi dengan latihan otot dasar panggul prognosis baik, tipe overflow yaitu menggelembungnya kandung kemih melebihi volume normal, post void residu > 100 cc terapi tergantung penyebab misalnya atasi sumbatan/retensi urin..
4)        Inkontinensia alvi/fekal sebagai perjalanan spontan atau ketidakmampuan untuk mengendalikan pembuangan feses melalui anus, penyebab cedera panggul, operasi anus/rektum, prolaps rektum, tumor dll.
5)        Pada inkontinensia urin ntuk menghindari sering mengompol pasien sering mengurangi minum yang menyebabkan terjadi dehidrasi.
d)       Intelectual Impairement (Gangguan Intelektual Seperti Demensia dan Delirium)
1)        Demensia adalah gangguan fungsi intelektual dan memori didapat yang disebabkan oleh penyakit otak, yang tidak berhubungan dengan gangguan tingkat kesadaran sehingga mempengaruhi aktifitas kerja dan sosial secara bermakna.
2)        Demensia tidak hanya masalah pada memori. Demensia mencakup berkurangnya kemampuan untuk mengenal, berpikir, menyimpan atau mengingat pengalaman yang lalu dan juga kehilangan pola sentuh, pasien menjadi perasa, dan terganggunya aktivitas.
3)        Faktor risiko : hipertensi, DM, gangguan jantung, PPOK dan obesitas.
4)        Sindroma derilium akut adalah sindroma mental organik yang ditandai dengan gangguan kesadaran dan atensi serta perubahan kognitif atau gangguan persepsi yang timbul dalam jangka pendek dan berfluktuasi.
5)        Gejalanya: gangguan kognitif global berupa gangguan memori jangka pendek, gangguan persepsi (halusinasi, ilusi), gangguan proses pikir (diorientasi waktu, tempat, orang), komunikasi tidak relevan, pasien mengomel, ide pembicaraan melompat-lompat, gangguan siklus tidur.
e)        Infection (infeksi)
1)        Pada lanjut usia terdapat  beberapa penyakit sekaligus, menurunnya daya tahan/imunitas terhadap infeksi, menurunnya daya komunikasipada lanjut usia sehingga sulit/jarang mengeluh, sulitnya mengenal tanda infeksi secara dini.
2)        Ciri utama pada semua penyakit infeksi biasanya ditandai dengan meningkatnya temperatur badan, dan hal ini sering tidak dijumpai pada usia lanjut, malah suhu badan yang rendah lebih sering dijumpai.
3)        Keluhan dan gejala infeksi semakin tidak khas antara lain berupa konfusi/delirium sampai koma, adanya penurunan nafsu makan tiba-tiba, badan menjadi lemas, dan adanya perubahan tingkah laku sering terjadi pada pasien usia lanjut.
f)         Impairement of hearing, vision and smell (gangguan pendengaran, penglihatandan penciuman)
1)        Gangguan pendengaran sangat umum ditemui pada lanjut usia dan menyebabkan pasien sulit untuk diajak komunikasi
2)        Penatalaksanaan untuk gangguan pendengaran pada geriatri adalah dengan cara memasangkan alat bantu dengar atau dengan tindakan bedah berupa implantasi koklea.
3)        Gangguan penglihatan bisa disebabkan gangguan refraksi, katarak atau komplikasi dari penyakit lain misalnya DM, HT dll, penatalaksanaan dengan memakai alat bantu kacamata atan dengan operasi pada katarak.
g)        Isolation (Depression)
1)        Isolation (terisolasi) / depresi, penyebab utama depresi pada lanjut usia adalah kehilangan seseorang yang disayangi, pasangan hidup, anak, bahkan binatang peliharaan.
2)        Selain itu kecenderungan untuk menarik diri dari lingkungan, menyebabkan dirinya terisolasi dan menjadi depresi. Keluarga yang mulai mengacuhkan karena merasa direpotkan menyebabkan pasien akan merasa hidup sendiri dan menjadi depresi. Beberapa orang dapat melakukan usaha bunuh diri akibat depresi yang berkepajangan.
h)        Inanition (malnutrisi), Asupan makanan berkurang  sekitar 25% pada usia 40-70 tahun. Anoreksia dipengaruhi oleh faktor fisiologis (perubahan rasa kecap, pembauan, sulit mengunyah, gangguan usus dll), psikologis (depresi dan demensia) dan sosial (hidup dan makan sendiri) yang berpengaruh pada nafsu makan dan asupan makanan.
i)          Impecunity (Tidak punya penghasilan)
1)         Dengan semakin bertambahnya usia maka kemampuan fisik dan mental akan berkurang secara berlahan-lahan, yang menyebabkan ketidakmampuan tubuh dalam mengerjakan atau menyelesaikan pekerjaan sehingga tidak dapat memberikan penghasilan.
2)         Usia pensiun dimana sebagian dari lansia hanya mengandalkan hidup dari tunjangan hari tuanya.
3)         Selain masalah finansial, pensiun juga berarti kehilangan teman sejawat, berarti interaksi sosial pun berkurang memudahkan seorang lansia mengalami depresi.
j)          Iatrogenic(penyakit karena pemakaian obat-obatan)
1)        Lansia sering menderita penyakit lebih dari satu jenis sehingga membutuhkan obat yang lebih banyak, apalagi sebagian lansia sering menggunakan obat dalam jangka waktu yang lama tanpa pengawasan dokter sehingga dapat menimbulkan penyakit.
2)        Akibat yang ditimbulkan antara lain efek samping dan efek dari interaksi obat-obat tersebut yang dapat mengancam jiwa.
k)        Insomnia(Sulit tidur)
1)        Dapat terjadi karena masalah-masalah dalam hidup yang menyebabkan seorang lansia menjadi depresi. Selain itu beberapa penyakit juga dapat menyebabkan insomnia seperti diabetes melitus dan gangguan kelenjar thyroid, gangguan di otak juga dapat menyebabkan insomnia. Jam tidur yang sudah berubah juga dapat menjadi penyebabnya.
2)        Berbagai keluhan gangguan tidur yang sering dilaporkan oleh lansia yaitu sulit untuk masuk kedalam proses tidur, tidurnya tidak dalam dan mudah terbangun, jika terbangun sulit untuk tidur kembali, terbangun dini hari, lesu setelah bangun di pagi hari.
l)          Immuno-defficiency (penurunan sistem kekebalan tubuh),Daya tahan tubuh menurun bisa disebabkan oleh proses menua disertai penurunan fungsi organ tubuh,  juga disebabkan penyakit yang diderita, penggunaan obat-obatan,keadaan gizi yang menurun.
m)      Impotence(Gangguan seksual), Impotensi/ ketidakmampuan melakukan aktivitas seksual pada usia lanjut terutama disebabkan oleh gangguan organik seperti gangguan hormon, syaraf, dan pembuluh darah dan juga depresi
n)        Impaction (sulit buang air besar)
1)         Faktor yang mempengaruhi: kurangnya gerak fisik, makanan yang kurang mengandung serat, kurang minum, akibat obat-obat tertentu dan lain-lain.
2)         Akibatnya pengosongan usus menjadi sulit atau isi usus menjadi tertahan, kotoran dalam usus menjadi keras dan kering dan pada keadaan yang berat dapat terjadi penyumbatan didalam usus dan perut menjadi sakit.
5.         Kebutuhan gizi pada lansia
Masalah gizi yang dihadapi lansia berkaitan erat dengan menurunnya aktivitas biologis tubuhnya. Konsumsi pangan yang kurang seimbang akan memperburuk kondisi lansia yang secara alami memang sudah menurun.
a)        Kalori
Hasil-hasil penelitian menunjukan bahwa kecepatan metabolisme basal pada orang-orang berusia lanjut menurun sekitar 15-20%, disebabkan berkurangnya massa otot dan aktivitas. Kalori (energi) diperoleh dari lemak 9,4 kal, karbohidrat 4 kal, dan protein 4 kal per gramnya. Bagi lansia komposisi energi sebaiknya 20-25% berasal dari protein, 20% dari lemak, dan sisanya dari karbohidrat. Kebutuhan  kalori untuk lansia laki-laki sebanyak 1960 kal, sedangkan untuk lansia wanita 1700 kal. Bila jumlah kalori yang dikonsumsi berlebihan, maka sebagian energi akan disimpan berupa lemak, sehingga akan timbul obesitas. Sebaliknya, bila terlalu sedikit, maka cadangan energi tubuh akan digunakan, sehingga tubuh akan menjadi kurus.
b)        Protein
Untuk lebih aman, secara umum kebutuhan protein bagi orang dewasa per hari adalah 1 gram per kg berat badan. Pada lansia, masa ototnya berkurang. Tetapi ternyata kebutuhan tubuhnya akan protein tidak berkurang, bahkan harus lebih tinggi dari orang dewasa, karena pada lansia efisiensi penggunaan senyawa nitrogen (protein) oleh tubuh telah berkurang (disebabkan pencernaan dan penyerapannya kurang efisien). Beberapa penelitian merekomendasikan, untuk lansia sebaiknya konsumsi proteinnya ditingkatkan sebesar 12-14% dari porsi untuk orang dewasa. Sumber protein yang baik diantaranya adalah pangan hewani dan kacang-kacangan.
c)        Lemak
Konsumsi lemak yang dianjurkan adalah 30% atau kurang dari total kalori yang dibutuhkan. Konsumsi lemak total yang terlalu tinggi (lebih dari 40% dari konsumsi energi) dapat menimbulkan penyakit atherosclerosis (penyumbatan pembuluh darah ke jantung). Juga dianjurkan 20% dari konsumsi lemak tersebut adalah asam lemak tidak jenuh (PUFA = poly unsaturated faty acid). Minyak nabati merupakan sumber asam lemak tidak jenuh yang baik, sedangkan lemak hewan banyak mengandung asam lemak jenuh.
d)       Karbohidrat dan serat makanan
Salah satu masalah yang banyak diderita para lansia adalah sembelit atau konstipasi (susah BAB) dan terbentuknya benjolan-benjolan pada usus. Serat makanan telah terbukti dapat menyembuhkan kesulitan tersebut. Sumber serat yang baik bagi lansia adalah sayuran, buah-buahan segar dan biji-bijian utuh. Manula tidak dianjurkan mengkonsumsi suplemen serat (yang dijual secara komersial), karena dikuatirkan konsumsi seratnya terlalu banyak, yang dapat menyebabkan mineral dan zat gizi lain terserap oleh serat sehingga tidak dapat diserap tubuh. Lansia dianjurkan untuk mengurangi konsumsi gula-gula sederhana dan menggantinya dengan karbohidrat kompleks, yang berasal dari kacang-kacangan dan biji-bijian yang berfungsi sebagai sumber energi dan sumber serat.
e)        Vitamin dan mineral
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa umumnya lansia kurang mengkonsumsi vitamin A, B1, B2, B6, niasin, asam folat, vitamin C, D, dan E umumnya kekurangan ini terutama disebabkan dibatasinya konsumsi makanan, khususnya buah-buahan dan sayuran, kekurangan mineral yang paling banyak diderita lansia adalah kurang mineral kalsium yang menyebabkan kerapuhan tulang dan kekurangan zat besi menyebabkan anemia. Kebutuhan vitamin dan mineral bagi lansia menjadi penting untuk membantu metabolisme zat-zat gizi yang lain. Sayuran dan buah hendaknya dikonsumsi secara teratur sebagai sumber vitamin, mineral dan serat.
f)         Air
Cairan dalam bentuk air dalam minuman dan makanan sangat diperlukan tubuh untuk mengganti yang hilang (dalam bentuk keringat dan urine), membantu pencernaan makanan dan membersihkan ginjal (membantu fungsi kerja ginjal). Pada lansia dianjurkan minum lebih dari 6-8 gelas per hari.
6.         Penanganan masalah kesehatan pada lansia
a)        Perawatan diri sehari-hari
b)        Senam/latihan gerakan secara teratur
c)        Pemeriksaan kesehatan secara rutin
d)       Mengikuti kegiatan yang masih mampu dilakukan
e)        Minum obat secara teratur jika sakit
f)         Memakan makanan bergizi
g)        Minum paling sedikit 8 gelas setiap hari.
A.      Pilihan Ganda
1.         Stroke adalah gangguan suplai darah ke:
a)      Jantung
b)     Otak
c)      Otot
d)     Paru-paru
2.         Berdasarkan patologi, stroke diklasifikasikan menjadi :
a)      Hemoragi dan perdarahan
b)      Terbuka dan tertutup
c)      Hemoragi dan non hemoragi
d)     Intensive dan non intensive
3.      Yang BUKAN merupakan penyebab stroke:
a)      Aspirasi cairan sendi
b)      Embolisme serebral
c)      Trombosis
d)     Hemoragic serebral
4.      Salah satu tanda dan gejala stroke adalah…
a)      Nyeri sendi
b)      Myalgia
c)      Hemifaresis
d)     Epistaksis
5.      Penyakit yang dapat memicu stroke
a)      Hipertensi
b)      CHF
c)      Hipertrofi ventrikel
d)     Arthritis
6.      Penyempitan pembuluh darah di daerah jantung dapat menyebabkan ...
a)   Serangan jantung
b)   Kelumpuhan
c)   stroke
d)   Pendarahan internal
7.      Stroke terjadi disebabkan oleh ....
a)      Fungsi otak mengalami gangguan
b)     Suply darah dari jantung ke otak melalui pembuluh darah tersumbat
c)      Cedera pada otak
d)     Jantung mengalami kebocoran
8.      Penyempitan pembuluh darah di otak dapat menyebabkan seseorang mengalami ....
a)      Serangan jantung
b)      Kelumpuhan
c)      Pendarahan internal
d)     Stroke
9.      Faktor risiko stroke yang dapat dirubah antara lain, kecuali….
a)      Hipertensi
b)      Diabetes mellitus
c)      Jenis kelamin
d)     dislipidemia
10.  Berikut cara penanganan stroke, kecuali….
a)      Menjaga tekanan darah
b)      Menurunkan berat badan
c)      Rajin berolahraga
d)     Minum-minuman beralkohol
B.       Essay
1.         Apakah anak-anak dapat menderita stroke?
Pada anak-anak, penyakit stroke juga dapat terjadi walaupun prevalensi kejadiannya sangat rendah. Pada anak-anak kejadian stroke dapat terjadi akibat pola hidup yang tidak baik yang mengakibatkan obesitas dan juga dapat disebebkan karena kelainan genetik seperti karena kelainan pembuluh darah yang mana pembuluh darah otak tersebut mengalami penipisan atau melemah sehingga menyebabkan pembuluh darah dapat pecah dan mengakibatkan stroke hemoragik. Selain itu stroke pada anak juga dapat di picu oleh terjadinya hiperkolestrolemia familial. Hiperkolestrolemia familial adalah suatu kondisi dimana tubuh tidak dapat membentuk reseptor LDL akibat kelainan genetik sehingga kadar LDL bebas dalam darah menjadi meningkat dan dapat memicu terbentuknya plak pada dinding pembuluh darah. Plak yang terbentuk tersebut dapat menyumbat aliran darah atau biasa disebut dengan arteroskleosis. Arterosklerosis tersebut lama kelamaan dapat terkelupas. Bagian yang terkelupas tersebut kemudian akan mengikuti aliran darah dan akan tersumbat pada pembuluh darah yang  berukuran kecil yaitu di arteri kranial yang terdapat di otak. Penyumbatan aliran darah di arteri kranial di otak menyebabkan oksigen yang masuk ke sel-sel otak tidak mencukupi. Kondisi ini disebut sebagai stroke iskmik.
2.         Jelaskan tentang stroke iskemik!
Dalam stroke iskemik, penyumbatan bisa terjadi di sepanjang jalur pembuluh darah arteri yang menuju ke otak. Darah ke otak disuplai oleh dua arteria karotis interna dan dua arteri vertebralis. Arteri carotis interna merupakan cabang dari arteri carotis communis sedangkan arteri vertebralis merupakan cabang dari arteri subclavia.
3.         Jelaskan tentang stroke hemoragik
Dalam stroke hemorragik, pembuluh darah pecah sehingga menghambat aliran darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu daerah di otak dan merusaknya. Pendarahan dapat terjadi di seluruh bagian otak seperti caudate putamen; talamus;hipokampus; frontal, parietal, dan occipital cortex; hipotalamus; area suprakiasmatik;cerebellum; pons; dan midbrain. Hampir 70 persen kasus stroke hemorrhagik menyerang penderita hipertensi.
Stroke hemorragik terbagi menjadi subtipe intracerebral hemorrhage (ICH), subarachnoid hemorrhage (SAH), cerebral venous thrombosis, dan spinal cord stroke. ICH lebih lanjut terbagi menjadi parenchymal hemorrhage, hemorrhagic infarction, dan punctate hemorrhage.
4.         Sebutkan factor risiko penyebab stroke!
Faktor risiko stroke terbagi dua, yaitu factor risiko yang dapat diubah dan factor risiko yang tidak dapat dirubah. Faktor risiko yang tidak dapat diubah diantaranya peningkatan usia dan jenis kelamin laki-laki. Faktor risiko yang dapat diubah antara lain hipertensi, diabetes melitus, dan dyslipidemia
5.         Sebutkan cara pencegahan stoke!
a.       Menjaga tekanan darah
b.      Menjaga berat badan
c.       Rajin berolahraga
d.      Rutin memeriksakan tekanan darah
e.       Hindari minuman beralkohol

Posting Komentar

0 Komentar